tag:blogger.com,1999:blog-83344122383751946592024-03-14T02:21:49.376-07:00cerita sedih anak yatimmujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.comBlogger90125tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-55943287330368544292010-08-18T23:42:00.000-07:002010-08-18T23:42:25.102-07:00cerita sedih anak yaitm| kisah sedih di bulan ramadhan.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv7RCOcsbkTld6Lb49o2xoskYqQmEynI6vMghaLkN_Dgp1tpXZpBtuF_pdULiMSWa1_x1EirPJs2Xw0iCGmu5IWfZVHbpvwX3dBt6mBl6Ip_Cjl3KpXcesNytE4ZVU4s2eFdgqroi62Qc/s1600/av-8.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv7RCOcsbkTld6Lb49o2xoskYqQmEynI6vMghaLkN_Dgp1tpXZpBtuF_pdULiMSWa1_x1EirPJs2Xw0iCGmu5IWfZVHbpvwX3dBt6mBl6Ip_Cjl3KpXcesNytE4ZVU4s2eFdgqroi62Qc/s320/av-8.jpg" /></a></div>25 tahun yang lalu, <br />
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana, ingin hidup bahagia.<br />
<br />
22 tahun yang lalu, <br />
pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
19 tahun yang lalu, <br />
Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak "Horeee, Iya bisa terbang". Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak jarang berteriak, "Iya sayaaang," jika sudah terdengar suara "Prang". Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca. Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari<br />
tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental. Dan dia cuma<br />
bilang "Kenapa semua kaca di rumah ini selalu pecah, Ma?"<br />
<br />
18 tahun yang lalu, <br />
Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya. "Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!" tapi aku tidak suka dia menangis terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu. "Horee, Iya jadi pemain bola."<br />
<br />
17 Tahun yang lalu, <br />
Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan "Iyaaaa". Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata "Coba kalau kamu tak belikan ia bola!"<br />
<br />
15 tahun yang lalu, <br />
Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia.<br />
<br />
13 tahun yang lalu, <br />
Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya. Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.<br />
<br />
10 tahun yang lalu, <br />
Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku. Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya. "Biar cantik kalo kere ya kelaut aje." Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar dia tidak marah walau tak urung menangis juga. "Sabar ya, Nak!" hiburku. "Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!" pintanya padaku. Dan aku menangis. Anakku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku, ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.<br />
<br />
7 tahun yang lalu,<br />
Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania, istriku, kembali menemui pikiranku. Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang membuat aku takut. Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia. Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang cuma lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal. Setelah itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan<br />
membuka usaha kecil-kecilan. Seperti waktu lalu, kali ini pun aku tak kuasa<br />
untuk menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik saja.<br />
<br />
4 tahun lalu,<br />
Kamila tak pernah telat mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana. Dia<br />
bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak suka<br />
dengan laki-laki yang disebutnya datuk. Matanya tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu. Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja. Itu yang kubaca dari suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba. Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.<br />
<br />
3 tahun 6 bulan yang lalu,<br />
Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia, kabarnya anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis, aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku selesai. Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis. Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.<br />
<br />
2 tahun 6 bulan yang lalu,<br />
Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah. Dan dia harus menjalani hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola apakah keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri. Wahai Allah kuatkan aku. Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia. Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya. Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada. Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku.<br />
"Bapak, Iya Takut!" aku memeluknya lebih erat lagi. Andai bisa ditukar, aku<br />
ingin menggantikannya.<br />
"Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?"<br />
"Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya tidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan, Pak!" Aku perih mendengar itu. Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat. Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanita itu.<br />
<br />
2 tahun yang lalu,<br />
Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana. Petugas itu membuka papan yang diinjak anakku. Dan 'blass" Kamilaku kini tergantung. Aku tak bisa lagi menangis. Setelah yakin sudah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis. Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis wajah yang kukenal.<br />
"Kania?"<br />
"Mas Har, kau ... !"<br />
"Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!"<br />
"Iya ? Dia..dia . Iya ?" serunya getir menunjuk jenazah anakku.<br />
"Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola jika sudah besar."<br />
"Tidak ... tidaaak ... " Kania berlari ke arah jenazah anakku. Diguncang tubuh kaku itu sambil menjerit histeris. Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia diturunkan dari tiang gantungan. Bunyinya "Terima kasih Mama." Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah tahu wanita itu ibunya.<br />
<br />
Setahun lalu,<br />
Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku. Yang aku tahu, aku belum pernah menceraikannya. Terakhir kudengar kabarnya dia mati bunuh diri. Dia ingin dikuburkan di samping kuburan anakku, Kamila. Kata pembantu yang mengantarkan jenazahnya padaku, dia sering berteriak, "Iya sayaaang, apalagi yang pecah, Nak." Kamu tahu Kania, kali ini yang pecah adalah hatiku. Mungkin orang tua kita memang benar, tak seharusnya kita menikah. Agar tak ada kesengsaraan untuk Kamila anak kita. Benarkah begitu Iya sayang? <!--TEMPLATE: skin_global, Template Part: signature_separator--> <br />
sumber:annasrei.blogspot.commujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-68131631671982617182010-08-18T23:37:00.000-07:002010-08-18T23:37:54.990-07:00cerita sedih anak yatim|kisah sedih si gadis kecil.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcoKMk4J7fTPWvwGr4DjFTtyL0S-nw85-GJH4mIqAC6sma096TpaIT7XKxhB1pUDfMfIPj0rhXWp5HKAV_n6YNQsjNilB35NSBOnDRIBDjcsVERUhoxw4JR28HMJ5QYvvMfNJO1n6riow/s1600/dfd.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcoKMk4J7fTPWvwGr4DjFTtyL0S-nw85-GJH4mIqAC6sma096TpaIT7XKxhB1pUDfMfIPj0rhXWp5HKAV_n6YNQsjNilB35NSBOnDRIBDjcsVERUhoxw4JR28HMJ5QYvvMfNJO1n6riow/s320/dfd.jpeg" /></a></div>Kisah Sedih Si Gadis Miskin<br />
Kisah Sedih Si Gadis Miskin<br />
Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.<br />
Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?<br />
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.<br />
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.<br />
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?<br />
<a name='more'></a><br />
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?<br />
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.<br />
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.<br />
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.<br />
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.<br />
Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.<br />
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.<br />
Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.<br />
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.<br />
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.<br />
Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.<br />
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.<br />
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-34833108782867466782010-08-18T23:35:00.000-07:002010-08-18T23:35:32.256-07:00cerita sedih anak yatim|kisah sedih dari jabaliya.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCMpWCfr3BuqAWutrlxnoGo4SVDyST0rB7fQ0F-zQIW4Y2TJ4qgDqrXYcmumCJdPDLRz7FyeBuYTcl13Bwt3Yu_ceNC7vZdGh8QlA-5h5TGkZvTuQ8y6VC8irmzOMzVG8KUC6JYmG4AZ0/s1600/df.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCMpWCfr3BuqAWutrlxnoGo4SVDyST0rB7fQ0F-zQIW4Y2TJ4qgDqrXYcmumCJdPDLRz7FyeBuYTcl13Bwt3Yu_ceNC7vZdGh8QlA-5h5TGkZvTuQ8y6VC8irmzOMzVG8KUC6JYmG4AZ0/s320/df.jpeg" /></a></div>Kisah Sedih dari Jabaliya<br />
<br />
''Oh, Tuhan! Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini,'' kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu.<br />
Abu Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Dia hampir tak memercayai apa yang dilihatnya.<br />
Beberapa hari lalu, di kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di bagian utara Gaza City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan, Shahd (4 tahun), sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Tiba-tiba, tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk yang lucu itu bersimbah darah.<br />
Melihat anaknya tergeletak di lantai dengan kondisi mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu, sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah sudah tewas.<br />
<a name='more'></a><br />
Rupanya tentara Israel yang selalu membawa anjing pelacak saat melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, memang punya maksud tertentu dengan tindakannya itu. Jenazah Shahd sengaja dibiarkan tergeletak di halaman terbuka itu untuk (maaf) dijadikan santapan anjing.<br />
''Anjing-anjing itu meninggalkan satu bagian utuh tubuh bayi malang itu,'' kata Abu Aukal, dengan air mata berderai, saat menuturkan cerita tragis itu, seperti dikutip islamonline, kemarin.<br />
''Kami melihat pemandangan memilukan selama 18 hari terakhir (agresi Israel). Kami mengangkat mayat anak-anak yang tercabik atau terbakar. Tapi, tak ada yang seperti ini,'' kata Abu Aukal.<br />
Berhari-hari saudara Shahd, Matar, dan sepupunya, Muhammad, mencoba meraih tubuh gadis itu, tapi sia-sia. Lagi-lagi, tentara pendudukan Israel menggunakan bahasa tembakan untuk mengusir kedua bocah itu.<br />
Tapi, melihat tubuh Shahd yang terus dicabik anjing dari hari ke hari, Matar dan Muhammad tak tahan. Pada hari kelima, keduanya nekat mendekati tubuh Shahd yang masih tersisa untuk membawanya pulang. Belum lagi keduanya meraih tubuh Shahd, tentara Israel menghujani dengan tembakan. Keduanya tewas.<br />
Omran Zayda, tetangga Shahd, menilai tentara Israel sangat mengetahui apa yang mereka lakukan. ''Mereka (tentara Israel--Red) menghalau dan mencegah keluarga yang ingin mengambil mayat (Shahd), karena mengetahui anjing-anjing mereka akan memakannya,'' katanya.<br />
Apa yang terjadi pada Shahd, kata Zayda, tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tidak pula rekayasa kamera. ''Anda tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan anjing-anjing itu kepada tubuh anak tak berdosa itu,'' kata pria ini sambil menahan air matanya.<br />
Zayda menambahkan, ''Mereka bukan hanya membunuh anak-anak kami. Mereka juga melakukan tindakan yang sangat keji dan tak berperikemanusiaan.'' Sejumlah orang Palestina meyakini apa yang terjadi pada Shahd bukanlah satu-satunya kasus mengerikan yang dilakukan tentara Israel kepada warga Palestina di Gaza.<br />
Sebelumnya, menimpa keluarga Abu Rabu yang sedang mencoba menguburkan tiga anggota keluarganya yang tewas, ketika tentara Israel secara tiba-tiba mencegah acara penguburan itu dengan berondongan peluru. Saat keluarga yang sedang berduka itu menjauh, tentara Israel melepaskan anjing-anjing pelacaknya ke arah tubuh-tubuh itu. Peristiwa ini juga terjadi di Jabaliya.<br />
''Apa yang terjadi ini sangat mengerikan dan tak terbayangkan,'' kata Saad Abu Rabu, salah satu anggota keluarga itu. ''Anak-anak kami tewas di depan mata kami, tapi kami bahkan dicegah untuk menguburkan mereka. Orang-orang Israel melepaskan anjing-anjing ke arah tubuh-tubuh mereka, seakan yang mereka lakukan belum cukup,'' katanya sambil menangis.<br />
Masih di Jabaliya, harian terkemuka Israel, Haaretz, melaporkan seorang dokter Palestina, dr Issa Salah (28), dibunuh tentara Israel, Senin (12/1), ketika sedang menolong korban serangan Israel. Menurut Mizan--sebuah organisasi kemanusiaan di Gaza--saat itu Issa dan timnya memasuki gedung yang diserang misil Israel.<br />
Issa dan timnya masuk ke gedung itu sambil meminta yang selamat untuk meninggalkan gedung, sementara tim medis itu mencari mereka yang menjadi korban. Tapi, beberapa menit kemudian, sebuah helikopter kembali menembakkan misilnya ke gedung itu. Issa pun tewas. Serangan itu juga menewaskan sejumlah wanita dan anak-anak.<br />
Tewasnya dr Issa membuat jumlah petugas medis yang dibunuh selama agresi Israel di Jalur Gaza menjadi tujuh orang. Selain itu, tiga rumah sakit dan empat klinik kesehatan juga dihancurkan oleh mesin-mesin perang Zionis.<br />
Peristiwa kelam yang terjadi di Gaza memang memilukan. Tak ada lagi sejengkal pun tempat yang aman untuk berlindung dari kebuasan mesin-mesin perang Israel. Bahkan, Israel pun seolah tak lagi mempunyai hati untuk sekadar memberi perlakuan yang baik kepada orang-orang yang telah dibunuhnya.<br />
Apa yang terjadi di Gaza, menurut pejabat senior United Nation Relief and Work Agency, John Ging, merupakan ''tes bagi kemanusiaan kita.'' run<br />
sumber:annasrei.blogspot.commujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-68869367606230917102010-08-18T23:32:00.000-07:002010-08-18T23:32:12.508-07:00Cerita sedih anak yatim|Kisah sedih di bulan ramadhan.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB_3Yul8ZXadXCtqavStf0ndXd3_DZqXgyTQ6qnI3rmggwDB11AI4qmC7L1-XJx5iiouqdk1CBakNp1BJK8Qukrb5JPsiAXBX_H4tWPhyypa6MjoAE-9NdiXBNkc7i1xoy0c7MlPbGBsI/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB_3Yul8ZXadXCtqavStf0ndXd3_DZqXgyTQ6qnI3rmggwDB11AI4qmC7L1-XJx5iiouqdk1CBakNp1BJK8Qukrb5JPsiAXBX_H4tWPhyypa6MjoAE-9NdiXBNkc7i1xoy0c7MlPbGBsI/s320/images.jpeg" /></a></div>Sun, 17 Oct 2004 16:21:20 -0700<br />
<br />
Assalamualaikum.Wr.Wb.<br />
<b><br />
Kisah sedih di bulan Ramadhan.<br />
<br />
Laahaulaa, walaaquwwata illaabillahil aliyyil adzim.<br />
Innalillahi wainnaailaihi raaji'un.<br />
Aku tak tahu dari mana jari jemariku ini harus<br />
dimulai. Kemana pikiran dan kaki melangkah. Kemana<br />
pergi selalu yang menjadi bahan pembicaraan<br />
manusia-manusia di Kairo, baik itu masyarakat<br />
Indonesia, Mesir, Malaysia, apalagi Indonesia, tentang<br />
suatu kejadian yang amat sangat disayangkan.<br />
<br />
Tetapi itu sudah menjadi takdir dan kuasa Allah, siapa<br />
dapat menebak, dan menduga isi hati manusia, apa yang<br />
akan terjadi esok kelak pada kita. Hanya Allah yang<br />
maha tahu.<a name='more'></a><br />
<br />
Mungkin diantara pembaca milist sekalian , sudah baca<br />
berita di surat kabar tertanggal 19 oktober ( Kompas<br />
dan Republika ). Semua kejadian yang diberitakan itu<br />
benar adanya, dan itu adalah versi surat kabar.<br />
<br />
Ingin saya menyampaikan rasa keprihatinan hati ini,<br />
disaat-saat bulan ramadhan, selalu saja ada kejadian<br />
di Kairo bagi masyarakat Indonesia di Mesir ini.<br />
<br />
Malam itu,..suami saya cerita pada saya : " Ma..ima<br />
tahu ngak ada kejadian di Kairo ? ". Kejadian apa itu<br />
da,..ima ngak tahu, sudah berapa hari ini kepala ima<br />
sakit lagi, pusing, dan sesak nafas penyakit lama<br />
kambuh lagi, jadi ngak tahu berita apa-apa ? ".<br />
<br />
" Itu,..ada orang Malaysia, satu keluarga mati kebakar<br />
di rumahnya ".<br />
" Hah..napa, siapa yang lakukan itu, ? " tanyaku pada<br />
suami. " Belum ketahuan. ", jawab suamiku lagi.<br />
<br />
" Ih..tega amat yah, kalau itu dilakukan orang, atau<br />
kebakaran sendiri, akibat kelalaian barang kali ? ".<br />
Timpalku pada suami.<br />
<br />
" Enggak, memang pembunuhan, ada bercak-bercak darah<br />
di sekeliling rumah itu ".<br />
<br />
Merinding bulu kudukku mendengarnya, ternyata Mesir<br />
sudah mulai kagak aman. Aku menduga orang Mesir<br />
pelakunya.<br />
<br />
Kemudian suamiku bilang : " Ima,..ima ingat ngak,<br />
tahun kemaren ada kejadian kebakaran dirumah si A ". (<br />
yang ternyata si A ini adalah pelaku pembunuhan itu<br />
saat ini, setelah besoknya diketahui public ).<br />
<br />
" Iyah,..Tahun kemaren rumah si A kebakaran, akibat<br />
kelalaian anaknya yang main api, jadi terbakar<br />
rumahnya ", Kujawab lagi.<br />
<br />
Keesokan malam harinya, karena aku belum bisa ke<br />
mesjid, masih pusing juga, hanya suami dan anak-anak<br />
yang ke mesjid .<br />
<br />
Sepulang dari mesjid, suamiku cerita lagi : "<br />
Ma..tahu ngak, siapa pelaku pembunuhan tersebut ?". "<br />
kagak , jawabku ".<br />
<br />
" itu ..orang Indonesia, dan orang yang sangat dekat<br />
lagi dengan kita ".<br />
<br />
" Apa….si A..? langsung kutebak, padahal yang dekat<br />
dengan kami di Kairo itu cukup banyak, tetapi entah<br />
mengapa, tebakanku langsung ke si A, dan memang tepat<br />
sekali, jawab suamiku.<br />
<br />
Kenapa saya sampai menebak si A, ? " Uda..tiga minggu<br />
yang lalu, ketika terakhir kita makan di rumah<br />
makannya itu, ima melihat dimata dan sikapnya ada<br />
kelainan, entahlah mengapa perasaan ima mengatakan ada<br />
yang ngak beres dengan orang ini ".<br />
<br />
" Uda lihat biasa-biasa saja, orangnya tetap baik, dan<br />
ramah ".<br />
" Iyah, memang orangnya baik, tetapi entah mengapa<br />
hati ima merasakan lain ketika itu, lihat sikapnya<br />
agak ganjil, betapa kasihannya anak – anak dan<br />
istrinya itu, begitulah, sayang sekali, kalau lelaki<br />
hanya memilih wanita dari segi kecantikannya saja,<br />
sehingga betapa seringnya lelaki yang tunduk dan patuh<br />
atas permintaan material dari istrinya, dan sang<br />
istripun mengapa ngak menyadari akan kondisi ekonomi ,<br />
social suaminya kayak apa, minta juga permintaan<br />
melebihi kapasitas kemampuan suami, itu<br />
akibatnya,.sang suami jadi terpaksa mencari nafkah<br />
kesana kemari, sampai ngak tahu lagi mana halal, mana<br />
haram, mana salah, mana benar, ngak bisa dibedakan<br />
lagi, yang penting kebutuhan istri dan anak-anak<br />
terpenuhi, ima ngak suka lelaki lemah semacam itu ".<br />
Saya sampaikan semua ini pada suamiku.<br />
<br />
" Iyah,..kata suamiku, tapi uda ngak nyangka sama<br />
sekali, kalau senekad itu si A melakukan semua itu,<br />
apa tidak dipikirkannya bagaimana nasib anak-anaknya<br />
kelak ".<br />
<br />
" Tapi da,.kita harus lihat dan jelas dulu duduk<br />
persoalannya, kenapa sampai si A melakukan hal itu,<br />
dan kenapa, si A, sampai datang kerumah si korban, dan<br />
ngapaian, ada perlu apa, dan pisau itu dibawa oleh si<br />
A, atau si korban yang ambil pisau dari dapur, lantas<br />
si A karena sudah di paksa berantam begitu, akhirnya<br />
naik pitam dan syetan masuk kedirinya, untuk membela<br />
diri, maka terjadilah pertengkaran, karena si korban<br />
kalah, maka terbunuhlah ia, kalau saja si A yang<br />
kalah, tentu si A pula yang terbunuh, si korban yang<br />
menjadi pembunuh ".<br />
<br />
" Iyah,..timpal suamiku, tetapi mengapa sampai ia<br />
membakar rumah itu ? "<br />
" Iyah,.itu kesalahan yang amat fatal, coba saja,<br />
disaat tikaman pertama oleh si A, kan belum tentu<br />
mati, cepat aja dibawa ke dokter, ngaku, kan<br />
hukumannya ngak seberat itu, bisa diobati, ini kenapa<br />
sampai tiga tikaman di tubuh korban, berarti syetan<br />
sudah merasuk betul ke dadanya, dan ia memang sengaja<br />
membunuhnya ? ". kujawab lagi.<br />
<br />
"Itulah kata suamiku, kita lihat saja bagaimana<br />
kelanjutannya besok, karena si A belum dapat di temui,<br />
jadi belum didengar langsung berita darinya ".<br />
Malam itu, suamiku sulit tidur, aku bisa mengerti,<br />
bahkan ngak biasanya akhir-akhir semenjak aku hamil<br />
dan melahirkan anak terakhir kami, suamiku benar-benar<br />
memeluk erat badanku tatkala tidur, sampai pagi hari,<br />
badannya lemas sekali, aku kasihan, dan aku sangat<br />
mengerti bagaimana perasaannya malam itu mengetahui<br />
ternyata pelaku pembunuhan empat orang sekaligus di<br />
Mesir itu, dilakukan oleh orang yang dekat dengannya.<br />
Sampai sahurpun masih itu juga yang di ingat dan<br />
disebut-sebutnya.<br />
<br />
Keesokan harinya ( hari ini ) , meski kepalaku masih<br />
pusing sekali, tetapi terpaksa aku keluar rumah juga,<br />
karena ada kerja beres-beras di kedutaan, di dharma<br />
wanita, berhubung aku pengurus, hatiku ngak enak,<br />
kalau ngak ikut kerja beres-beres itu. Suamiku sudah<br />
melarang agar aku istirahat aja di rumah, tetapi<br />
kusampaikan, bahwa aku merasa ngak enak, kalau ngak<br />
kerja, masak orang lain saj ayang kerja, sementara aku<br />
enak-enak di rumah, padahal sama-sama pengurus.<br />
<br />
" yah udah,.ngak papa, suamiku bilang, siap-siap aja<br />
ke kantor ". Saya dan suami barengan kekantornya,<br />
namun beliau menyetir mobil sedikit lambat dari<br />
biasanya kulihat. Mungkin pikirannya masih kacau kali.<br />
<br />
Sampai di kantor itu saja yang menjadi bahan<br />
pembicaraan orang, tetapi aku ngak mau ikut nimbrung<br />
banyak, ngeri juga puasa-puasa, khawatir masuk kepada <br />
ghibah, meski aku tahu dalam hal ini, orang hanya<br />
berbiacara seputar kejadian itu saja, tidak lebih dari<br />
itu, tapi khawatir saja, kalau keterlaluan, sampai<br />
membicarakan hal-hal yang dilarang. Pembicaraan kami<br />
hanya seputar, hukuman apa yang akan diterimanya,<br />
bagaimana dengan hokum di mesir, di Malaysia, dan<br />
Indonesia sendiri.<br />
<br />
" Kalau di Mesir, hukuman mati, Malaysia juga hukuman<br />
mati, kalau Indonesia, bagaimana da ?,..tanyaku pada<br />
suamiku.<br />
<br />
Suamiku jawab : " kalau di Indonesia, tergantung tas<br />
apa yang dibawa, kalau tasnya penuh dengan duit, maka<br />
bebaslah ia, kalau tas kosong doank yang dibawa, maka<br />
dihukumlah ia ". ( hehehe..aku jadi katawa, dengar<br />
jawaban suamiku, padahal aku nanyanya serius lagi , ia<br />
jawabnya canda, tapi ada benarnya juga dengan realita<br />
di Indo kali ).<br />
<br />
Selesai kerja, aku pulang lebih dulu dari suamiku,<br />
sementara suamiku masih ada pekerjaan menterjemahkan<br />
berita yang di tulis oleh surat kabar mesir ke bahasa<br />
Indonesia, untuk di kirim ke Indonesia, akan berita<br />
kejadian tersebut , sampai beliau pulang dekat isya ".<br />
<br />
Sampai di rumah, aku dapat berita dari beliau, bahwa<br />
kejadiannya begini :<br />
<br />
" Si A malam khamisnya menelpon ke rumah korban orang<br />
Malaysia itu, bahwa ia butuh duit pound, dan mau tukar<br />
dengan dollar seharga sekitar 16.00 US$ ( enam belas<br />
ribu dollar Amerika ).<br />
<br />
Lantas orang Malaysia itu bilang, " silahkan datang<br />
kerumah ".<br />
Datanglah si A ke rumah korban tersebut. Kemudian si<br />
korban bilang, " mana duit dollarnya. ?," ada di<br />
mobil ", jawab si A.<br />
Tapi pada akhirnya si A bilang ke si korban, : "<br />
Sebenarnya kau butuh duit, dan ingin menipu kamu,<br />
tetapi melihat kamu dan anak-anak serta istrimu ngak<br />
jadi aku menipumu, aku kasihan, jadi aku tukar saja<br />
duit US$ 200 ". Istriku butuh duit pound sekitar US$<br />
200, untuk buka usaha.<br />
<br />
Si Korban langsung marah-marah, bahkan menghina dan<br />
mengeluarkan kata-kata kasar seperti menyebut maaf ,<br />
kemaluan ibunya. Tentu si A marah dan naik pitam,<br />
serta emosi mendengar kata-kata orang Malaysia itu.<br />
Akhirnya terjadilah pertengkaran sengit, dan si korban<br />
ambil pisau dari dapur, sehingga melukai tangan dan<br />
paha si A.<br />
<br />
Pada akhirnya pisau jatuh ketangan si A, dan<br />
terbunuhlah si korban. Si A sempat menggendong teman<br />
nya itu, dan mengatakan : " kenapa sampai begini<br />
jadinya, bukankah kita teman dekat dan teman baik<br />
selama ini, mengapa sampai begini jadinya ? ".<br />
<br />
Sang istri korban keluar dari kamar dan memukul-mukul<br />
badan si A dari belakang, lantas dikarenakan si A<br />
sedang memegang pisau, dan mengelak dari pukulan<br />
tersebut, maka terkenalah leher istri sang korban,<br />
mati seketika juga ia.<br />
<br />
Lantas karena kalut, si A, menyeret dua korban kekamar<br />
dan membakar kamar itu, dengan kain, dengan niat untuk<br />
menghilangkan jejak pembunuhan tersebut. Tapi pada<br />
akhirnya kedua anak korban juga ikut kebakar.<br />
<br />
Selepas di bunuh dan dibakar, lantas ia pergi ke rumah<br />
sakit untuk mengobati luka di tangan dan pahanya yang<br />
sempat di operasi juga. Ternyata sesampai dirumah<br />
polisi telah menunggu ia, dan si A langsung mengaku<br />
memang saya membunuhnya, dan membakar kamar itu.<br />
<br />
Begitulah kejadian sebenarnya, lantas bagaimana<br />
hukuman padanya, wallhua'lam, kita semua di Kairo<br />
sedang menunggu-nunggu keputusan mahkamah, tapi pihak<br />
kedutaan sudah berusaha meminta agar diberi hukuman<br />
yang seringan-ringannya. Wallha'lam apa yang terjadi<br />
kelak.Ini sekilas informasi di Kairo di bulan<br />
Ramadhan.<br />
</b>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-18505256711591496352010-08-18T20:32:00.000-07:002010-08-18T20:32:24.554-07:00Cerita Sedih anak yatim|Kisah sedih dibulan ramadhan.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR72MIbJNrnWM-4WsiefO-I156kIReMKMNg1RRB-Gt68vB6Y3QlmyosDVNJ6ZxQqd16-A0ryY-HqHZTcd447OTOXXC7Q3eCczT1caUq64KW-wrRThYtpbP5kwXf_Pe3Q7sCQPYvAqjXrI/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR72MIbJNrnWM-4WsiefO-I156kIReMKMNg1RRB-Gt68vB6Y3QlmyosDVNJ6ZxQqd16-A0ryY-HqHZTcd447OTOXXC7Q3eCczT1caUq64KW-wrRThYtpbP5kwXf_Pe3Q7sCQPYvAqjXrI/s320/images.jpeg" /></a></div><pre><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Assalamualaikum.Wr.Wb.
Kisah sedih di bulan Ramadhan.
Laahaulaa, walaaquwwata illaabillahil aliyyil adzim.
Innalillahi wainnaailaihi raaji'un.
Aku tak tahu dari mana jari jemariku ini harus
dimulai. Kemana pikiran dan kaki melangkah. Kemana
pergi selalu yang menjadi bahan pembicaraan
manusia-manusia di Kairo, baik itu masyarakat
Indonesia, Mesir, Malaysia, apalagi Indonesia, tentang
suatu kejadian yang amat sangat disayangkan.
Tetapi itu sudah menjadi takdir dan kuasa Allah, siapa
dapat menebak, dan menduga isi hati manusia, apa yang
akan terjadi esok kelak pada kita. Hanya Allah yang
maha tahu.
Mungkin diantara pembaca milist sekalian , sudah baca
berita di surat kabar tertanggal 19 oktober ( Kompas
dan Republika ). Semua kejadian yang diberitakan itu
benar adanya, dan itu adalah versi surat kabar.<a name='more'></a>
Ingin saya menyampaikan rasa keprihatinan hati ini,
disaat-saat bulan ramadhan, selalu saja ada kejadian
di Kairo bagi masyarakat Indonesia di Mesir ini.
Malam itu,..suami saya cerita pada saya : " Ma..ima
tahu ngak ada kejadian di Kairo ? ". Kejadian apa itu
da,..ima ngak tahu, sudah berapa hari ini kepala ima
sakit lagi, pusing, dan sesak nafas penyakit lama
kambuh lagi, jadi ngak tahu berita apa-apa ? ".
" Itu,..ada orang Malaysia, satu keluarga mati kebakar
di rumahnya ".
" Hah..napa, siapa yang lakukan itu, ? " tanyaku pada
suami. " Belum ketahuan. ", jawab suamiku lagi.
" Ih..tega amat yah, kalau itu dilakukan orang, atau
kebakaran sendiri, akibat kelalaian barang kali ? ".
Timpalku pada suami.
" Enggak, memang pembunuhan, ada bercak-bercak darah
di sekeliling rumah itu ".
Merinding bulu kudukku mendengarnya, ternyata Mesir
sudah mulai kagak aman. Aku menduga orang Mesir
pelakunya.
Kemudian suamiku bilang : " Ima,..ima ingat ngak,
tahun kemaren ada kejadian kebakaran dirumah si A ". (
yang ternyata si A ini adalah pelaku pembunuhan itu
saat ini, setelah besoknya diketahui public ).
" Iyah,..Tahun kemaren rumah si A kebakaran, akibat
kelalaian anaknya yang main api, jadi terbakar
rumahnya ", Kujawab lagi.
Keesokan malam harinya, karena aku belum bisa ke
mesjid, masih pusing juga, hanya suami dan anak-anak
yang ke mesjid .
Sepulang dari mesjid, suamiku cerita lagi : "
Ma..tahu ngak, siapa pelaku pembunuhan tersebut ?". "
kagak , jawabku ".
" itu ..orang Indonesia, dan orang yang sangat dekat
lagi dengan kita ".
" Apa….si A..? langsung kutebak, padahal yang dekat
dengan kami di Kairo itu cukup banyak, tetapi entah
mengapa, tebakanku langsung ke si A, dan memang tepat
sekali, jawab suamiku.
Kenapa saya sampai menebak si A, ? " Uda..tiga minggu
yang lalu, ketika terakhir kita makan di rumah
makannya itu, ima melihat dimata dan sikapnya ada
kelainan, entahlah mengapa perasaan ima mengatakan ada
yang ngak beres dengan orang ini ".
" Uda lihat biasa-biasa saja, orangnya tetap baik, dan
ramah ".
" Iyah, memang orangnya baik, tetapi entah mengapa
hati ima merasakan lain ketika itu, lihat sikapnya
agak ganjil, betapa kasihannya anak – anak dan
istrinya itu, begitulah, sayang sekali, kalau lelaki
hanya memilih wanita dari segi kecantikannya saja,
sehingga betapa seringnya lelaki yang tunduk dan patuh
atas permintaan material dari istrinya, dan sang
istripun mengapa ngak menyadari akan kondisi ekonomi ,
social suaminya kayak apa, minta juga permintaan
melebihi kapasitas kemampuan suami, itu
akibatnya,.sang suami jadi terpaksa mencari nafkah
kesana kemari, sampai ngak tahu lagi mana halal, mana
haram, mana salah, mana benar, ngak bisa dibedakan
lagi, yang penting kebutuhan istri dan anak-anak
terpenuhi, ima ngak suka lelaki lemah semacam itu ".
Saya sampaikan semua ini pada suamiku.
" Iyah,..kata suamiku, tapi uda ngak nyangka sama
sekali, kalau senekad itu si A melakukan semua itu,
apa tidak dipikirkannya bagaimana nasib anak-anaknya
kelak ".
" Tapi da,.kita harus lihat dan jelas dulu duduk
persoalannya, kenapa sampai si A melakukan hal itu,
dan kenapa, si A, sampai datang kerumah si korban, dan
ngapaian, ada perlu apa, dan pisau itu dibawa oleh si
A, atau si korban yang ambil pisau dari dapur, lantas
si A karena sudah di paksa berantam begitu, akhirnya
naik pitam dan syetan masuk kedirinya, untuk membela
diri, maka terjadilah pertengkaran, karena si korban
kalah, maka terbunuhlah ia, kalau saja si A yang
kalah, tentu si A pula yang terbunuh, si korban yang
menjadi pembunuh ".
" Iyah,..timpal suamiku, tetapi mengapa sampai ia
membakar rumah itu ? "
" Iyah,.itu kesalahan yang amat fatal, coba saja,
disaat tikaman pertama oleh si A, kan belum tentu
mati, cepat aja dibawa ke dokter, ngaku, kan
hukumannya ngak seberat itu, bisa diobati, ini kenapa
sampai tiga tikaman di tubuh korban, berarti syetan
sudah merasuk betul ke dadanya, dan ia memang sengaja
membunuhnya ? ". kujawab lagi.
"Itulah kata suamiku, kita lihat saja bagaimana
kelanjutannya besok, karena si A belum dapat di temui,
jadi belum didengar langsung berita darinya ".
Malam itu, suamiku sulit tidur, aku bisa mengerti,
bahkan ngak biasanya akhir-akhir semenjak aku hamil
dan melahirkan anak terakhir kami, suamiku benar-benar
memeluk erat badanku tatkala tidur, sampai pagi hari,
badannya lemas sekali, aku kasihan, dan aku sangat
mengerti bagaimana perasaannya malam itu mengetahui
ternyata pelaku pembunuhan empat orang sekaligus di
Mesir itu, dilakukan oleh orang yang dekat dengannya.
Sampai sahurpun masih itu juga yang di ingat dan
disebut-sebutnya.
Keesokan harinya ( hari ini ) , meski kepalaku masih
pusing sekali, tetapi terpaksa aku keluar rumah juga,
karena ada kerja beres-beras di kedutaan, di dharma
wanita, berhubung aku pengurus, hatiku ngak enak,
kalau ngak ikut kerja beres-beres itu. Suamiku sudah
melarang agar aku istirahat aja di rumah, tetapi
kusampaikan, bahwa aku merasa ngak enak, kalau ngak
kerja, masak orang lain saj ayang kerja, sementara aku
enak-enak di rumah, padahal sama-sama pengurus.
" yah udah,.ngak papa, suamiku bilang, siap-siap aja
ke kantor ". Saya dan suami barengan kekantornya,
namun beliau menyetir mobil sedikit lambat dari
biasanya kulihat. Mungkin pikirannya masih kacau kali.
Sampai di kantor itu saja yang menjadi bahan
pembicaraan orang, tetapi aku ngak mau ikut nimbrung
banyak, ngeri juga puasa-puasa, khawatir masuk kepada
ghibah, meski aku tahu dalam hal ini, orang hanya
berbiacara seputar kejadian itu saja, tidak lebih dari
itu, tapi khawatir saja, kalau keterlaluan, sampai
membicarakan hal-hal yang dilarang. Pembicaraan kami
hanya seputar, hukuman apa yang akan diterimanya,
bagaimana dengan hokum di mesir, di Malaysia, dan
Indonesia sendiri.
" Kalau di Mesir, hukuman mati, Malaysia juga hukuman
mati, kalau Indonesia, bagaimana da ?,..tanyaku pada
suamiku.
Suamiku jawab : " kalau di Indonesia, tergantung tas
apa yang dibawa, kalau tasnya penuh dengan duit, maka
bebaslah ia, kalau tas kosong doank yang dibawa, maka
dihukumlah ia ". ( hehehe..aku jadi katawa, dengar
jawaban suamiku, padahal aku nanyanya serius lagi , ia
jawabnya canda, tapi ada benarnya juga dengan realita
di Indo kali ).
Selesai kerja, aku pulang lebih dulu dari suamiku,
sementara suamiku masih ada pekerjaan menterjemahkan
berita yang di tulis oleh surat kabar mesir ke bahasa
Indonesia, untuk di kirim ke Indonesia, akan berita
kejadian tersebut , sampai beliau pulang dekat isya ".
Sampai di rumah, aku dapat berita dari beliau, bahwa
kejadiannya begini :
" Si A malam khamisnya menelpon ke rumah korban orang
Malaysia itu, bahwa ia butuh duit pound, dan mau tukar
dengan dollar seharga sekitar 16.00 US$ ( enam belas
ribu dollar Amerika ).
Lantas orang Malaysia itu bilang, " silahkan datang
kerumah ".
Datanglah si A ke rumah korban tersebut. Kemudian si
korban bilang, " mana duit dollarnya. ?," ada di
mobil ", jawab si A.
Tapi pada akhirnya si A bilang ke si korban, : "
Sebenarnya kau butuh duit, dan ingin menipu kamu,
tetapi melihat kamu dan anak-anak serta istrimu ngak
jadi aku menipumu, aku kasihan, jadi aku tukar saja
duit US$ 200 ". Istriku butuh duit pound sekitar US$
200, untuk buka usaha.
Si Korban langsung marah-marah, bahkan menghina dan
mengeluarkan kata-kata kasar seperti menyebut maaf ,
kemaluan ibunya. Tentu si A marah dan naik pitam,
serta emosi mendengar kata-kata orang Malaysia itu.
Akhirnya terjadilah pertengkaran sengit, dan si korban
ambil pisau dari dapur, sehingga melukai tangan dan
paha si A.
Pada akhirnya pisau jatuh ketangan si A, dan
terbunuhlah si korban. Si A sempat menggendong teman
nya itu, dan mengatakan : " kenapa sampai begini
jadinya, bukankah kita teman dekat dan teman baik
selama ini, mengapa sampai begini jadinya ? ".
Sang istri korban keluar dari kamar dan memukul-mukul
badan si A dari belakang, lantas dikarenakan si A
sedang memegang pisau, dan mengelak dari pukulan
tersebut, maka terkenalah leher istri sang korban,
mati seketika juga ia.
Lantas karena kalut, si A, menyeret dua korban kekamar
dan membakar kamar itu, dengan kain, dengan niat untuk
menghilangkan jejak pembunuhan tersebut. Tapi pada
akhirnya kedua anak korban juga ikut kebakar.
Selepas di bunuh dan dibakar, lantas ia pergi ke rumah
sakit untuk mengobati luka di tangan dan pahanya yang
sempat di operasi juga. Ternyata sesampai dirumah
polisi telah menunggu ia, dan si A langsung mengaku
memang saya membunuhnya, dan membakar kamar itu.
Begitulah kejadian sebenarnya, lantas bagaimana
hukuman padanya, wallhua'lam, kita semua di Kairo
sedang menunggu-nunggu keputusan mahkamah, tapi pihak
kedutaan sudah berusaha meminta agar diberi hukuman
yang seringan-ringannya. Wallha'lam apa yang terjadi
kelak.Ini sekilas informasi di Kairo di bulan
Ramadhan.sumber:annasrei.blogspot.com</span></pre>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-21777405228918009402010-08-06T19:20:00.000-07:002010-08-18T21:34:49.864-07:00cerita sedih | kisah sedih yg sgt menyentuh hati seorang anak.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrBRT0oShyZe2S47VZTBabCzcoc_89FNhEkXECTZ7ikmg3OC8aGodjPO8x9d5myi6166Q7vQohqKf0hZ-T888MV-XLq-z5zhA5MtEySsIUeYxCrrYzmFUlQtMOYV_QIS87nMzQ7hMtqco/s1600/dfdf.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrBRT0oShyZe2S47VZTBabCzcoc_89FNhEkXECTZ7ikmg3OC8aGodjPO8x9d5myi6166Q7vQohqKf0hZ-T888MV-XLq-z5zhA5MtEySsIUeYxCrrYzmFUlQtMOYV_QIS87nMzQ7hMtqco/s320/dfdf.jpg" /></a></div><span id="goog_1491585327"></span><span id="goog_1491585328"></span>Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari <br />
keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. <br />
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba <br />
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah <br />
yang membuat sang pria jatuh hati. <br />
<br />
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan <br />
membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua <br />
sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang <br />
terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi <br />
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan <br />
untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah <br />
menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia. <br />
Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb <br />
bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen <br />
dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang <br />
belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang <br />
anak sangat tunduk pada orang tuanya).<br />
<a name='more'></a> <br />
<br />
<br />
Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar <br />
menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk <br />
anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut <br />
mereka akan sangat merugikan masa depannya. <br />
<br />
Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk <br />
meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun <br />
ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. <br />
Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan <br />
dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar. <br />
<br />
Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan <br />
sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut <br />
dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria... Mereka kemudian memohon <br />
pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. <br />
<br />
Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, <br />
perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, <br />
reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. <br />
Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut <br />
secara perlahan2. <br />
<br />
<br />
Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar <br />
wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan <br />
menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai <br />
hidupnya di tempat lain. <br />
<br />
<br />
Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa <br />
perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan <br />
bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, <br />
tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan <br />
uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat <br />
sulit?. <br />
<br />
<br />
Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk <br />
surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang <br />
pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari <br />
kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. 'Walaupun ia kelak <br />
bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang <br />
berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua', kata sang ibu. <br />
<br />
<br />
Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan bahwa ia sudah <br />
memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya <br />
hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji <br />
setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi <br />
penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi <br />
menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. <br />
<br />
Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut. <br />
<br />
<br />
Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak <br />
antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, <br />
sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia <br />
bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya. <br />
<br />
<br />
==========0000000000============== <br />
<br />
<br />
Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang <br />
ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk <br />
membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah <br />
industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam <br />
sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan <br />
ini sambil menggendong anak di punggungnya. <br />
<br />
Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak <br />
memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi <br />
sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya... <br />
<br />
<br />
Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya <br />
sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus <br />
menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah <br />
menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan <br />
itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada <br />
siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman. <br />
<br />
<br />
Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup <br />
ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari <br />
obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi <br />
sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang <br />
sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak <br />
mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan <br />
belum terbayar. <br />
<br />
<br />
Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk <br />
mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, <br />
untuk bayar di akhir bulan saat gajian. <br />
<br />
<br />
Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada <br />
di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur <br />
dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari <br />
pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat <br />
mulutnya dengan sepotong kain... Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang <br />
mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak <br />
mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?.. <br />
<br />
<br />
Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang <br />
ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. <br />
Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang <br />
sedang dilakukan oleh sang ibu ............ . <br />
<br />
<br />
==========0000000000============== <br />
<br />
<br />
Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, <br />
cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya... Di hari minggu, <br />
mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain <br />
bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu 'Shi Sang Chi You Mama Hau' <br />
(terjemahannya 'Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik'). <br />
<br />
<br />
Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga <br />
toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. <br />
<br />
Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak <br />
terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam <br />
hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan <br />
biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas. <br />
<br />
<br />
Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat <br />
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. <br />
Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah <br />
pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu <br />
mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain <br />
yang perlu dibiayai. <br />
<br />
<br />
Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia <br />
meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia <br />
akan membelinya bulan depan. 'Apakah kamu punya uang?' <br />
tanya sang pemilik toko. 'Tidak sekarang, nanti saya akan punya', kata sang <br />
anak dengan serius.. <br />
<br />
<br />
Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. <br />
Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. <br />
<br />
<br />
<br />
Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya 'Dari mana kamu mendapatkan <br />
uang itu? Bukan mencuri kan ?'. 'Saya tidak mencuri, kakek... <br />
<br />
Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang <br />
pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari <br />
sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam <br />
ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku.. O ya, jangan beritahu ibuku <br />
tentang hal ini. Ia akan marah' kata sang anak. Sang pemilik toko tampak <br />
kagum pada anak tsb. <br />
<br />
<br />
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera <br />
memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang <br />
ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam <br />
tangan ini memang adalah impiannya.. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari <br />
mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab. <br />
<br />
<br />
<br />
'Apakah kamu mencuri, Nak?' Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin <br />
ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. <br />
<br />
Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya <br />
telah mencuri. 'Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah <br />
ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?' kata sang ibu. <br />
<br />
<br />
Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada <br />
anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, <br />
sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu <br />
perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus <br />
melakukannya, demi kebaikan anaknya. <br />
<br />
<br />
Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah <br />
tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. 'Ia <br />
sebenarnya anak yang baik', kata salah satu tetangganya. <br />
<br />
Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu <br />
tetangganya yang merupakan familinya. <br />
<br />
<br />
Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika <br />
mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. <br />
Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon <br />
agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya. 'Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh <br />
menyembunyikan sesuatu dari ibunya'. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. <br />
Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak <br />
tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam <br />
tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang <br />
tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga <br />
menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke <br />
rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan <br />
uang membeli jam tangan kesukaan ibunya. <br />
<br />
<br />
Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, <br />
begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, <br />
keduanya menangis dengan tersedu-sedu.'Maafkan saya, Nak.' <br />
<br />
'Tidak Bu, saya yang bersalah'.............. .. <br />
<br />
<br />
<br />
===========000================= <br />
<br />
<br />
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya <br />
mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, <br />
karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. <br />
<br />
<br />
Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, <br />
mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari <br />
bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya <br />
sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung <br />
semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan <br />
baik tanpa bantuanmu. <br />
<br />
<br />
Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin <br />
melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan. <br />
<br />
<br />
===========000================== <br />
<br />
<br />
Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan <br />
bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau <br />
kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. <br />
<br />
<br />
Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya <br />
medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. <br />
<br />
<br />
Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang <br />
tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, <br />
karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya. <br />
<br />
<br />
Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling <br />
kota , bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan <br />
lagu 'Shi Sang Chi You Mama Hau', lagu kesayangan <br />
mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut <br />
dalam kegembiraan bersama sang anak. <br />
<br />
<br />
Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak <br />
menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. <br />
'Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak' kata <br />
ibu.. 'Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa <br />
bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang <br />
untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja <br />
lagi, Bu', kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang <br />
ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat. <br />
<br />
<br />
Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang <br />
melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 <br />
ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan <br />
mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama <br />
ibunya, sang anak menolak. 'Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu', <br />
teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, <br />
sang ibu berkata 'Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. <br />
Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.' 'Tidak, aku tidak mau <br />
mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? <br />
Ibu sekarang tidak mau saya lagi', sang anak mulai menangis. <br />
<br />
<br />
Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak <br />
didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 'Kalau ibu sayang <br />
padaku, bawalah saya pergi, Bu'. Sampai pada akhirnya, ibunya <br />
memaksa dengan mengatakan 'Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah <br />
disini', ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya <br />
meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan. <br />
<br />
<br />
Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat <br />
hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk <br />
anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan <br />
baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia <br />
telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta. <br />
<br />
<br />
Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat <br />
nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak <br />
akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk <br />
mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri <br />
itu dibatalkan, demi anaknya juga.......... .. <br />
<br />
<br />
============000========= <br />
<br />
<br />
Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja <br />
yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani <br />
perawatan medis secara rutin setiap bulan. <br />
<br />
<br />
Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. <br />
<br />
Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah <br />
mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak <br />
pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, <br />
yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai <br />
bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah <br />
kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia <br />
akan memberikan semuanya untuk ibu. <br />
<br />
<br />
Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. <br />
Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. <br />
Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu <br />
kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di <br />
depan rumah tsb, menangis 'Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi.' <br />
<br />
<br />
Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah <br />
terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan <br />
semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. <br />
<br />
Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi <br />
pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. <br />
<br />
<br />
Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini <br />
adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya <br />
mungkin pulang ke rumah.. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil <br />
menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, <br />
setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang <br />
ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya <br />
dalam surat itu. <br />
<br />
<br />
Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa <br />
mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu <br />
membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia <br />
memohon agar bisa menemukan anaknya. <br />
<br />
<br />
Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah <br />
pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila <br />
kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih.. <br />
Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. <br />
<br />
Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon <br />
agar bisa bertemu dengan dirinya. <br />
<br />
<br />
Benar saja, ternyata sang anak berada di sana . Tetapi ia pingsan, demamnya <br />
tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke <br />
rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan <br />
berguling2 jatuh ke bawah.......... .. <br />
<br />
<br />
============000============== <br />
<br />
<br />
Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. <br />
Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh <br />
dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak <br />
telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi <br />
hasilnya nihil. <br />
<br />
<br />
Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan <br />
teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di <br />
persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang <br />
mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak <br />
pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak <br />
berkomat-kamit. <br />
<br />
<br />
Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama <br />
pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil <br />
mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah <br />
'Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?' <br />
<br />
<br />
Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera <br />
menyanyikan lagu 'Shi Sang Ci You Mama Hau' dengan suara perlahan, tak <br />
disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka <br />
berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu <br />
menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua <br />
itu dan berteriak dengan haru 'Ibu? Ini saya ibu'. <br />
<br />
<br />
Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, <br />
'Apakah kamu ??..(nama anak itu)?' 'Benar bu, saya adalah anak ibu?'. <br />
<br />
Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi <br />
bumi ............... . <br />
<br />
Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang <br />
ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, <br />
tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai <br />
orang gila. <br />
<br />
<br />
<br />
====================000=========================== <br />
<br />
<br />
Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama: <br />
<br />
<br />
Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu <br />
bahkan rela mengorbankan nyawanya.. <br />
Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, <br />
ataupun disaat Ibu sudah tua : <br />
<br />
<br />
1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku <br />
sebagai gantinya. <br />
<br />
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. <br />
<br />
<br />
Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda, <br />
diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan <br />
nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara <br />
apapun ........... <br />
<br />
<br />
Tidak diragukan lagi 'Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini' <br />
<br />
<br />
<br />
Ingin bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada 2 tindakan yang dapat Anda <br />
lakukan : <br />
<br />
<br />
1. Bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini), ajaklah ia untuk <br />
keluar makan atau jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan ditunda2. Bila Ibu Anda <br />
tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda, telponlah dia malam ini <br />
juga, just to say 'hello'. Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan, dan <br />
bahagiakanlah dia semampu Anda... Hidangkan makanan favoritnya, dst. <br />
<br />
<br />
2. Kirimkan kisah film ini kepada saudara/i Anda, teman2 Anda, maupun <br />
rekan2 kerja Anda (minimal 5, kalau 100 org lbh baik lagi). Bagi sebagian <br />
dari mereka, kisah ini mungkin akan seperti setetes embun yang menyegarkan <br />
jiwa mereka, yang terkadang terlalu sibuk dengan aktivitasnya sendiri. <br />
<br />
Anda sungguh berjasa dalam hal ini?? <br />
<br />
<br />
Mom, my beloved. I love you Mom forever………in my deep heart…. I always <br />
missing you Mom……..!!<br />
<br />
sumber:annasrei.blogspot.commujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-33413115932366793662010-08-06T19:19:00.000-07:002010-08-06T19:19:05.673-07:00cerita sedih | Kisah Sedih Korban Topan Nargis Burma.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 14px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Setelah hampir tiga minggu Badai Nargis melanda Burma, jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 100 ribu orang.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Namun, junta militer masih tak mengizinkan bantuan internasional masuk ke negeri itu.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Alhasil, ribuan warga lainnya kekurangan gizi dan menderita penyakit.</span></strong><span></span></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Bila bantuan tak segera datang, mereka akan meninggal.</span></strong><span></span></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Kini para jenderal telah mengizinkan beberapa negara tetangganya di Asia untuk mengawasi distribusi bantuan asing.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Selain itu, memperbolehkan Badan Pangan Dunia (WFP) menerbangkan sembilan helikopter ke sana.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Namun, karena bencana ini tergolong sangat besar dan rumit, bantuan itu tidak cukup.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Koresponden kami, King Kong Janoi, melaporkan dari beberapa daerah di Burma yang dilanda bencana topan itu.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Laporannya dibacakan oleh Vivi Zapkie.</span></strong><span></span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Mayat anak kecil yang sudah membusuk mengapung di atas sungai. Ada ratusan mayat dan bangkai membusuk di berbagai sungai dan ladang. Tapi tidak ada yang datang dan mengubur mereka.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Anak-anak mengemis untuk makanan. Sementara, di beberapa jalan yang saya lewati, orang dewasa, anak kecil, dan orang yang sudah lanjut usia juga terpaksa meminta makanan supaya bisa bertahan hidup. Mereka kini menggelandang dan tak punya apa-apa lagi, kecuali pakaian rusak yang mereka kenakan.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Hujan masih turun di kota Labutta, daerah yang paling parah dilanda topan. Kerumunan korban yang selamat, mencoba berlindung di bawah atap plastik bantuan. Salah satunya adalah Daw Than Htwe, 40 tahun. Dia memandang saya dengan tatapan yang lelah dan mengatakan tidak bisa tidur di malam hari.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Di sini dingin sekali apalagi kalau hujan turun malam hari. Atap plastik ini tidak mampu melindungi kami. Tapi kami tidak punya tempat tinggal yang lain. Saya memakai pakaian yang tersisa dari bencana topan. Kami punya mie instant dan sedikit beras yang kami simpan dalam botol dan kami taruh di atas lantai. Tapi itu sama sekali tidak cukup.“</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Pemerintah militer telah membuat gubuk plastik bagi para korban badai. Sekitar seribu keluarga berlindung di stadion sepakbola Labutta dan menerima bantuan dari militer. Namun, para warga mengeluh, bantuan itu hanya pura-pura saja, supaya militer kelihatan membantu masyarakat. Padahal korban selamat yang jumlahnya mencapai sepuluh kali lebih banyak ketimbang di tempat itu, masih belum mendapatkan pertolongan. Mereka terpaksa berteduh di kuil yang sudah hancur, dekat berbagai pagoda dan sekolah. Mereka bertahan hidup dengan makanan yang telah diberikan oleh para donor lokal.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Nasi dibagikan, tapi tetap tidak cukup untuk semua korban. Banyak yang harus ditolak dan mereka terpaksa makan apa saja untuk bertahan hidup. Situasi di luar kota lebih parah dan pendistribusian bantuan sulit dilakukan. U Maung di desa Kawlamu mengatakan warga setempat kelaparan.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Kami tidak punya air minum. Karena banyak bangkai dan mayat yang membusuk. Kondisinya sangat parah. Tapi kami tidak punya pilihan lain kecuali meminum air itu. Pelayanan kesehatan juga tidak ada. Kalau militer mengatakan mereka mempedulikan rakyat, itu hanya pura-pura saja.“</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Ko htoo dari ibukuta Ranggon bekerjasama dengan teman-temannya untuk memberikan bantuan kepada para korban.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Kami mencoba melakukan apa saja yang kami bisa lakukan. Kami tidak menyalahkan siapa-siapa yang tidak datang membantu. Kami tahu rakyat menderita, jadi kami datang ke sini untuk membantu mereka.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Bantuan perorangan seperti inilah yang membantu sebagian masyarakat untuk bertahan hidup. Tapi bantuan ini berjangka pendak dan dan masih kurang layak. Ko Soe Myet, donor lokal lainnya mengatakan para korban sangat membutuhkan bantuan psikologis.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Para korban yang selamat sudah mati rasa. Tidak ada udara segar karena bangkai dan mayat bergelimpangan di mana-mana di sepanjang jalan. Selain itu banyak mayat yang belum diidentifikasi.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Daw Than Htwe, 40 tahun, mengatakan kalau ia tetap tinggal di desanya ia bakal mati.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Kami datang ke kota untuk mencari bantuan. Selama dua hari perjalanaan, kami tidak makan apa-apa. Kami hanya minum air kelapa di hutan. Yang paling menderita adalah anak-anak.“</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Dia bertutur pasukan militer tak berbuat apa-apa di desanya yang terletak dekat Labutta. Kelompok lainnya yang menempuh perjalanan itu mengatakan pada saya, belum makan selama lima hari setelah badai menerpa.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Kata Daw Than, sebagian besar bantuan diberikan untuk pangkalan militer dekat desanya.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Di sini ada pangkalan militer. Saya meninggalkan beberapa anak saya di sana. Saya hanya mmberikan mereka sedikit beras yang saya simpan dalam sebotol beras setelah saya membayar pasukan militer. Anak-anak saya ingin ikut ke sini tapi tidak ada orang yang bisa membawa mereka.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Banyak anak yang menjadi yatim piatu akibat bencana ini dan mereka tidak punya tempat tinggal. U Myet Tun, warga setempat, mengungkap rasa frustrasinya atas tidak tanggapnya aparat dalam bencana ini.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Aparat tidak perduli dengan para korban. Mereka tidak membantu, tapi malah mengabaikannya. Kenapa mereka tidak membiarkan negara lain masuk ke sini supaya mereka bisa membantu kami? Biarlah bantuan asing masuk, mereka seharusnya tidak keras kepala dan bodoh. Karena ini untuk kepentingan rakyat.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Di Burma, 1,5 juta orang telah kehilangan tempat tinggal mereka dan kini mereka masih menunggu bantuan. sumber:annasrei.blogspot.com</span></div>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-4786913489939135432010-07-18T20:35:00.000-07:002010-07-18T20:35:15.489-07:00cerita sedih | dari kampung bulak.<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C03%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C03%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
saya pikir itu hanya bisa terjadi di film-film atau sinetron-sinetron. Tapi ternyata tidak <img alt=":(" height="15" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/03/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_i1025" width="15" /><br />
Siang itu, Pak RT dan Pak RW tiba-tiba datang ke rumahsenyumpagi. Saya sempat tidak percaya, tidak biasa mereka datang kerumah, karena kami (aku dan kelik) yang biasanya sering berkunjung kerumah mereka tentu saja untuk tujuan silahturahmi.<br />
Saya pertama kali menyangka maksud kedatangan mereka lebih karena urusan laki-laki, jadi saya lebih memilih untuk undur kedapur untuk menyiapkan sajian, dan setelah itu kembali ke tempat tidur untuk menyelesaikan terjemahan yang belum rampung.<br />
Kemudian timbul perasaan tidak enak, ketika kelik menarik tangan saya dan menyuruh saya untuk duduk disampingnya, berhadapan dengan dua tetua lingkungan kami.<br />
selebihnya saya hanya bisa diam dan menangis, tidak sepenuhnya percaya dengan yang saya dengar, sambil berharap dalam hati bahwa pertemuan siang itu hanya mimpi.<br />
<a name='more'></a><br />
Maksud kedatangan bapak-bapak ketua RT dan RW itu adalah hendak menyampaikan keluhan dari beberapa alim ulama setempat tentang keberadaan taman belajar rumah senyumpagi.<br />
Masjid taklim setempat merasa keberatan dengan adanya kelas sabtu sore saya, karena mereka takut, saya yang beragama kristen ini akan menyebarkan ajaran-ajaran sesat buat anak-anak.<br />
duh, sedih sekali saya waktu itu. saya tidak bisa berkata-kata. Untung ada kelik, dengan kalimat terbata-bata, dia menjelaskan bahwa kami tidak ada maksud apa-pun, hanya sekedar berbagi dengan para tetangga dan kelas ini adalah bentuk ucapan terimakasih buat para warga. Kami menjelaskan bahwa kelas ini tidak ada hubungannya dengan agama, karena kami percaya itu tangggung jawab keluarga dan pemuka agama, dan tentu saja bukan domain kami.<br />
Untung saja, kedua bapak itu mengerti penjelasan kami dan memahami posisi kami. mereka akan mencoba berbicara dengan para alim ulama itu. Kelik dan aku ingin sekali sebenarnya untuk ketemu langsung dengan mereka, tapi pak RW bersikeras biar dirinya dulu yang ngomong kepada alim ulama. dan sementara itu, saya tetap bisa melanjutkan kelas saya sampai ada keputusan kemudian. Pak RT bilang jika memang ada tuntutan demikian, mau tak mau kelas sabtu sore itu harus ditutup karena ternyata sebenarnya sudah tiga kali mereka mengajukan keluahan ke RT tempat saya tinggal, dan yang terakhir keluhan itu sudah sampai ke kelurahan.<br />
saya sedih sekali siang itu. entah kenapa saya merasa tidak berdaya. seharusnya saya bisa lebih tegar dan tidak cengeng. tapi entah kenapa. ini bukan pertama kali saya dibeginikan karena saya kristen,dulu saya harus menerima sekolah minggu dekat rumah harus ditutup karena keberatan dari para warga. Saya, teman-teman dan para orang tua tetap tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah keputusan para warga yang makin lama makin anarkis.<br />
Setelah pertemuan dengan pak RT dan pak RW, berat sekali saya untuk mengajar di sabtu itu. Saya takut tiba-tiba menangis di kelas, sementara saya harus mengajar sendirian karena keliek harus pergi ke kota.<br />
untung ada sahabat-sahabat yang bisa diajak bicara dan memberikan semangat buat saya.<br />
Jam tiga pun datang, anak-anak mulai berdatangan. Semangat mereka yang ceria mampu mengusir kesedihan saya. Bahkan ketika mereka cerita kalau ada beberapa temannya yang sudah tidak boleh datang kekelas karena sudah tidak diperbolehkan lagi baik oleh orang tua dan pak haji. Entah kenapa, saya bisa tenang waktu mendengar cerita-cerita itu. Tidak sedih maupun marah, meskipun ada yang bilang “Iyah miss, si Tasya ga boleh datang lagi sama mama nya abis takut nya miss ngajaran sholat-sholat kristen,” atau ketika si Cici cerita, “si imel juga ga boleh datang miss, abis kata pak haji miss ika kalo ngajar pake baju seksi dan celana pendek,”<br />
Dengan entengnya, mereka menceritakan hal-hal itu, dan kemudian memutuskan untuk tetap datang les <img alt=":)" height="15" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/03/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_i1026" width="15" />Waktu itu sekitar 20-an anak datang menghadiri kelas, memang lebih sedikit dari yang biasanya 30-an anak, tapi kelas sabtu sore itu sangat menghiburku.<br />
Sepanjang kelas, saya hanya bisa tersenyum mengamati mereka dan cara pandang mereka melihat masalah ini.<br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Anak-anakku, kami memang perlu banyak belajar dari kalian.</span>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-81218773890983282622010-06-13T21:21:00.000-07:002010-06-13T21:21:01.314-07:00cerita sedih | 3 saudara yang sedih .Alkisah 3 kakak beradik..<br />
Suparno,Sapiran,Supin mendapat mandat dari bos mereka untuk menghadiri seminar di sebuah hotel bintang 5...lantaran apes, mereka mendapat kamar di puncak hotel..hotel ini terdiri 100 lantai..dan apes nya lagi...saat mereka tiba di hotel lift nya macet..jadi 1-1 nya jalan pun melalui tangga darurat...<br />
Mulailah mereka bertiga menaiki tangga 100 lantai tersebut...sebelum menaiki tangga..mereka pun membuat perjanjian...agar supaya sehingga mereka tidak bosan di perjalanan menaiki 100 tangga... suparno memberi ide<br />
Suparno : dan brur kayak gini aja...dari lantai 1 sampai 30 biar saya nyanyi..buat menghibur di perjalanan..nanti lantai 30-60 giliran sapiran buat menceritakan cerita lucu biar gak bosen..giliran lantai 60-100 giliran supin buat menceritakan cerita sedih...<br />
Sapiran : oke deh setuju nih....<br />
Akhirnya mereka pun mulai menaiki tangga 100 lantai..<br />
Sapiran pun mulai bernyanyi...balonku ada lima..rupa-rupa warnanya..cicak – cicak didinding..diam-diam merayap...<br />
Tibalah mereka dilantai 30...giliran sapiran buat cerita2 yang lucu...<br />
Sapiran : Dahulu kala disebuah kerajaan ada permaisuri, permaisuri nya punya anak namanya putri rowiyah..nah putri rowiyah punya kebiasaan aneh..dia gak bisa tidur kalo blom denger cerita-cerita yang lucu ..jadi kalau malem sang permaisuri pun menceritakan cerita-cerita lucu..nah cerita lucunya kaya gini... dahulu kala disebuah kerajaan ada permaisuri, permaisuri nya punya anak namanya putri rowiyah..nah putri rowiyah punya kebiasaan aneh..dia gak bisa tidur kalo blom denger cerita-cerita yang lucu ..jadi kalau malem sang permaisuri pun menceritakan cerita-cerita lucu..nah cerita lucunya kaya gini... dahulu kala disebuah kerajaan ada permaisuri, permaisuri nya punya anak namanya putri rowiyah..nah putri rowiyah punya kebiasaan aneh..dia gak bisa tidur kalo blom denger cerita-cerita yang lucu ..jadi kalau malem sang permaisuri pun menceritakan cerita-cerita lucu..nah cerita lucunya kaya gini...<br />
Suparno : woi! Cerita yang kira2 donk,, di puter2 mulu...grrrrrrrr.......<br />
Sapiran : walah pita suara ane udah diset durasi 2 menitan kang..wahahah<br />
Alhasil tibalah mereka dilantai 60..sekarang giliran supin buat cerita yang sedih2...<br />
Singkat cerita mereka tiba di lantai 99..dengan keringat bercucuran..<br />
Supin : wah dah mau sampe ini bos...gak kerasa kan sambil dengerin cerita2 sedih dari saya..<br />
Suparno : cerita sedih dari mana, kita denger aja cekakan mulu..<br />
Sapiran : walah iya pak..mana ada yang sedih cerita ente tadi...<br />
Supin : wahah, ya suka2 ane yang cerita bang..kaga suka ya kaga usah di dengerin..tapi ini 1 cerita pamungkas lagi..ini pasti bikin kalian sedih...gini ceritanya..nah saya tuh ceritanya kelupaan,,tadi kan kunci kamar kita ada di saya..nah dibawah tadi di lantai 1 saya buru-buru..jadi kuncinya ketinggalan di mobil...<br />
Sapiran : SUPIN!!!!<br />
Suparno : Astafirulloh Sapiran...cerita yang beres..itu cerita beneran apa cerita bo’ong an..<br />
Supin : ya cerita beneran kang, lah tadi dibawah pake ribut dulu, ya kunci nya ketinggalan gak kerasa..<br />
Suparno : Lah ini jadi turun lagi ??? ini lante 99 lho 99!!!<br />
Supin : lah ya gimana lagi, masa mobilnya mau diderek,trus kuncinya di ambil n mobilnya jatuhin lagi???<br />
Sapiran : Owalaahhhhhhhhhhhhh Setan Lo dasar!!!(annasrei484@gmail.com)mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-30284866072940577612010-05-27T03:28:00.000-07:002010-05-27T03:28:00.340-07:00cerita sedih | kejujuran keluarga saya .<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:QMIf0u-ToM8RTM:http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs002.snc3/10960_1082352079018_1832821109_162367_4335755_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="138" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:QMIf0u-ToM8RTM:http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs002.snc3/10960_1082352079018_1832821109_162367_4335755_n.jpg" width="200" /></a></div>Saya sedih ketika melihat salah satu anggota keluarga saya sedang sakit. Waktu itu ketika kakak saya sakit, kami sekeluarga panik dan ketakutan. Karena takut sakitnya parah, kami sekeluarga langsung membawa kakak saya ke rumah sakit.<br />
<br />
Sesampainya di rumah sakit, kami langsung bertemu dengan dokter yang bekerja di rumah sakit itu. Kemudian kakak saya di periksa oleh dokter, dan kami sekeluarga menunggu di luar.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Kami takut terjadi apa-apa dengan kakak saya, saya pun memutuskan untuk mendoakan kakak saya agar dia baik-baik saja.<br />
<br />
Saya berharap dokter keluar dengan tidak membawa kabar buruk. Setelah menunggu lama akhirnya dokter itu pun keluar, hati kami sekeluarga sangat ketakutan. Tapi akhirnya dokter memberi tahu bahwa kakak saya hanya kecapean saja.<br />
<br />
Syukur alhamduliliah tidak terjadi apa-apa. Akhirnya kami sekeluarga bersyukur kepada Allah SWT.mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-25389167533194864462010-05-07T23:54:00.000-07:002010-05-07T23:54:38.842-07:00cerita sedih | Kisah Anak Berbakti, untuk Ibunya Yang “Gila”.<span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJVlb-EFLWQFxBr3EvkMCFkadamjGmiMHYo1XQkff6_E4EO6nYB6f8d8qnvvsTZOPAihPYZJu2aTjTUqVfwy_mGYNLT_QLrzNp-1eEz0pQrynj-q8P6lo5JGi_9DVgU_2hdHRah2QMBM/s1600/thumbs_expression3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJVlb-EFLWQFxBr3EvkMCFkadamjGmiMHYo1XQkff6_E4EO6nYB6f8d8qnvvsTZOPAihPYZJu2aTjTUqVfwy_mGYNLT_QLrzNp-1eEz0pQrynj-q8P6lo5JGi_9DVgU_2hdHRah2QMBM/s200/thumbs_expression3.jpg" width="200" /></a></div>Ia berkeliling untuk mempertunjukkan kemampuannya menarik kereta dan makan sambil jungkir balik. Namun kemampuannya itu hanya satu, menyenangkan ibunya yang “gila”<br />
Namanya Liu Tianquan dari Pu Yang, Tiongkok. Setiap hari, pekerjaannya adalah menarik perhatian dan menghibur orang. Menarik kereta, makan dengan jungkir balik, pekerjaan yang dikaloninya semenjak dia masih berusia 5 tahun. Sampai sekarang, usianya sudah 31 tahun. Ia ingin memanfaatkan kemampuan khususnya ini untuk mencari pekerjaan guna menghidupi keluarganya. Terutama untuk menghibur ibunya yang mengalami gangguan kejiwaan.<br />
Suatu hari, Liu Tianquan baru pulang bekerja dari Zhen Zhou ke kampung halamannya. Dengan tergesa-gesa berangkat ke rumah kakak sulungnya yang berjarak kira-kira 300 meter. Setelah selesai mempertunjukkan makan mantou dan mengenakan sweater sambil jungkir balik, tak tertahan lagi sang ibu mulai tertawa.<br />
<a name='more'></a><span id="more-67"></span><br />
“Kamu koq memperagakan lagi jungkir balik! Sejak kecil kamu sangat lincah, kalau kamu yang memperagakan aku tidak khawatir, tempo hari kakak sulungmu juga mau ikut-ikutan, apapun yang dikata, aku tidak mengizinkannya, kalau lehernya patah bagaimana?”<br />
Zhao Caiqin, sang ibu yang berusia 72 tahun, gangguan jiwanya baru kambuh, wajahnya tanpa perasaan, tidak mau makan, menggumam tiada hentinya, dengan cepat telah pulih menjadi normal, pembicaraannya juga sudah normal. Demikian dikutip Orient Today.<br />
Ayahnya mengatakan, “Anak saya yang ke-4 (Liu Tianquan), sangat berbakti. Dalam cuaca yang sangat dingin seperti ini, masih datang mencuci pakaian sang ibu. Beberapa waktu yang lalu di rumah kekurangan air, dia membawakan air dari rumahnya.”<br />
Menyenangkan Hati Ibu<br />
Liu Tianquan saat berusia 36 tahun menceritakan kenangannya. Pada usia 5 tahun, sang ibu yang berperasaan halus menjadi sakit karena depresi, jiwanya terganggu, sering marah-marah, membanting-banting mangkuk dan panci. Pada saat sangat parah, dia bahkan dapat membacokkan pisau masak sekenanya. Saat melihat ibunda yang biasanya penuh kasih menjadi seperti ini dia sangat bersedih.<br />
Pada suatu kali ketika ibunya kambuh lagi, secara kebetulan me-lihat dia sedang berdiri jungkir balik, tiba-tiba menjadi geli dan tertawa dengan sangat gembira. Setelah itu setiap kali melihat dia jungkir balik sang ibu menjadi sangat bersuka cita sampai-sampai berjoget.<br />
Melihat ibunda bergembira, Liu Tianquan juga sangat girang, sehingga berlatih dengan lebih te-kun. Melihat sang ibu makan mantou, dia akan makan dengan berdiri jungkir balik, dia pernah tersedak sampai sulit bernafas. Melihat sang ibu merajut baju wol, dia sambil jungkir balik akan membantu menggulung benang wol. Pada saat berusia 8 tahun dia sudah dapat mengenakan pakaian sambil jungkir balik; pada usia 15 tahun dapat mengangkat timba air sambil jungkir balik ……<br />
Selama 31 tahun berlatih jungkir balik, Liu Tianquan selalu mengusahakan agar sang ibu bergembira dengan berbagai cara, sehingga gangguan jiwa sang ibu sangat berkurang. Ketika kondisi jiwa sang ibu normal, beliau tidak membiarkan Liu Tianquan jungkir balik, dia sangat menyayangi putranya itu, “Nak, kamu jangan berdiri jungkir balik lagi, kalau lehermu patah bagaimana? Kamu makan sambil berjungkir balik kalau tersedak bagaimana?”<br />
Keahlian Khusus<br />
Tahun baru, Liu Tianquan yang tidak punya uang membeli kado untuk anak-anak, akan mempertunjukan menarik kereta sambil jungkir balik.<br />
Di rumah, Anak-anak menaiki kereta dorong dari kayu, Liu Tianquan akan mengikat pendorong kereta dengan tali. Kemudian dia jungkir balik di atas kursi di samping dinding. Sepasang tangannya akan menarik tali yang diikatkan pada kereta maka kereta dengan stabil bergerak maju. Tetangga yang datang melihat keramaian bertanya kepada Liu Tianquan, “Apakah Anda merasa tidak nyaman? Apakah terdapat perbedaan dengan menarik kereta secara normal?”<br />
Liu Tianquan sambil tertawa menjawab, “Sangat santai, sama sekali tidak ada perbedaan.” Kemudian dia mempertunjukkan makan sambil berjungkir balik dan lain-lain. Anak-anak sangat bergembira sampai berjingkrak-jingkrak.<br />
Liu Tianquan pernah belajar menata rambut, ilmu pijat urut, namun tidak ada yang membuatnya lebih bersukacita ataupun merasa “tiada duanya” daripada berlatih jungkir balik. Pada musim senggang bercocok tanam, dia ingin mencari kerja dengan kemampuan khususnya untuk menghidupi keluarga.<br />
Kadang kala, ia ikut dalam pertunjukan akrobat, setiap bulannya menghasilkan beberapa ratus yuan. Dia dianggap terlalu jujur oleh seorang temannya.<br />
“Sudah disepakati dalam satu kali pertunjukan dilakukan dua jenis atraksi berdiri jungkir balik, namun tepuk tangan penonton ataupun pujian panitia kadang-kadang membuat Liu Tianquan mempertunjukkan beberapa atrak-si ekstra.”<br />
Kemampuannya ini tidak mendatangkan penghasilan lebih banyak bagi Liu Tianquan, dia senang menghibur orang-orang sekelilingnya dengan jungkir balik. Katanya, “Aspirasi saya yang terbesar adalah menghidupi diri sendiri dengan jungkir balik, orang lain gembira, saya pun gembira.”<br />
Anak Berbakti<br />
Setelah kisah Liu Tianquan muncul dalam media, membuat banyak orang Tionghoa merasa terharu. Sungguh sulit ditemukan pada zaman masyarakat materialis seperti sekarang ini. Ada teman-teman dunia maya (internet) mengatakan, “Pada zaman dahulu ada seorang bernama Lao Laizi. Meskipun sudah berusia di atas 70 tahun, masih sering berupaya menyenangkan ibunda yang sudah berusia 90 tahun lebih, dengan mengenakan pakaian warna-warni berdandan menyerupai masa kecilnya, bercanda di depan ibunda agar sang ibu tertawa.”<br />
“Lao Laizi Menghibur Ibunda” merupakan sebuah cerita yang sangat terkenal pada zaman dahulu, merupakan salah satu dari “Dua Puluh Empat Cara Berbakti”, beberapa puluh tahun terakhir ini sudah tidak ada orang yang mengungkitnya lagi. Tak terduga hari ini masih hidup seorang Lao Laizi! Sungguh merupakan sebuah keajaiban!<br />
Ada teman-teman dunia maya yang memberikan pujian penuh kekaguman, “Anda adalah orang biasa yang sangat luar biasa, membuat kami gembira, kagum dan terharu, Anda telah memenuhi karakter moralitas anak berbakti budaya Tionghoa dengan tindakan nyata. Di dunia manusia memang ada perasaan yang tulus, perasaan yang tulus hanya ada di antara masyarakat manusia biasa!”<br />
“Siapa yang mengatakan rasa bakti seorang anak (yang hanya setinggi rumput kecil) dapat membalas budi maha besar sang ibu (yang bagaikan mentari musim semi). Seekor kambing pun berlutut pada induk yang menyusuinya, seekor burung gagak pun setelah dewasa akan membagikan makanan pada induknya, apalagi manusia.”sumber:annasrei.blogspot.commujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-27005409947652786682010-05-07T23:51:00.000-07:002010-05-07T23:51:02.395-07:00cerita sedih | AKU PERNAH DATANG DAN AKU SANGAT PATUH.<span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtpr_tlQuzyAu76yjKvRVvMsM9m_hnba7jtOCdq_GELPRcZEDjk4_5NbchN89mrF2DFyKGx6GvgtAtoI4WULffIfLWe9QLDMFHMgiChEtCRO1O8V5Ao8zg8Ctuv1VF1LCmcwSNwOyP0lg/s1600/thumbs_siluet2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtpr_tlQuzyAu76yjKvRVvMsM9m_hnba7jtOCdq_GELPRcZEDjk4_5NbchN89mrF2DFyKGx6GvgtAtoI4WULffIfLWe9QLDMFHMgiChEtCRO1O8V5Ao8zg8Ctuv1VF1LCmcwSNwOyP0lg/s200/thumbs_siluet2.jpg" width="200" /></a><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkdDMOCf31nDiivWYx2tLWqQhKjvIsMAJgjrw-Q7rSaYFL5MPRXs_ba5WD1cJ0CyWxwj0v5_vcwpmu1fetbBx5pZgG2LiujdgAR8iEenPmhw35t-sKMMWtmJYLTQ4kCovuLlemNhKQ6yc/s200/thumbs_siluet2.jpg" width="0" /></div><span>Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah ’saya pernah datang dan saya sangat penurut’.</span><span>Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan pengobatannya.</span><span>Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span>Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.<span id="more-58"></span></span><br />
<span>Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah, papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “Saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.</span><br />
<span>Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit- sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa.</span><br />
<span>Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput.</span><br />
<span>Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah.</span><br />
<span>Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya.</span><br />
<span>Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.</span><br />
<span>Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik- bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya.</span><br />
<span>Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.</span><br />
<span>Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.</span><br />
<span>Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa, saya ingin mati”. Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati?”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”</span><br />
<span>Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya, “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”.</span><br />
<span>Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dia tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.</span><br />
<span>Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.</span><br />
<span>Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng.</span><br />
<span>Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi.</span><br />
<span>Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di email bahkan menulis, “Yu Yuan, anakku yang tercinta. Saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat.</span><br />
<span>Yu Yuan, anakku tercinta.”</span><br />
<span>Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.</span><br />
<span>Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat.</span><br />
<span>Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.</span><br />
<span>Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.</span><br />
<span>Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah. Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan, “Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?”. Wartawan tersebut menjawab, “Karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudian berkata, “Tante, saya juga mau menjadi orang yang baik hati”.</span><br />
<span>Wartawan itu pun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik”.</span><br />
<span>Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”</span><br />
<span>Fu Yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut. Ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan. Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah.</span><br />
<span>Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang- orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”.</span><br />
<span>Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. “Saya pernah datang, saya sangat patuh”, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal</span><br />
<span>22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya.</span><br />
<span>Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah………..” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.</span><br />
<span>Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan. Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 November</span><br />
<span>1996 – 22 Agustus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan.</span><br />
<span>Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita leukimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :</span><br />
<span>Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana.</span><br />
<span>Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata ‘Aku pernah datang dan aku sangat patuh’”.</span><br />
<span>Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan dunia. Walaupun hidup serba kekurangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang pengasih.sumber:annasrei.blogspot.com</span>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-48277763381142658942010-05-07T03:43:00.000-07:002010-05-07T03:43:19.170-07:00cerita sedih | Kisah Sedih Korban Topan Nargis Burma.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 14px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.asiacalling.org/images/stories/demo/ac/burma_cyclone_inside__web_.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://www.asiacalling.org/images/stories/demo/ac/burma_cyclone_inside__web_.jpg" width="200" /></a></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Setelah hampir tiga minggu Badai Nargis melanda Burma, jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 100 ribu orang.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Namun, junta militer masih tak mengizinkan bantuan internasional masuk ke negeri itu.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Alhasil, ribuan warga lainnya kekurangan gizi dan menderita penyakit.</span></strong><span></span></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Bila bantuan tak segera datang, mereka akan meninggal.</span></strong><span></span></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Kini para jenderal telah mengizinkan beberapa negara tetangganya di Asia untuk mengawasi distribusi bantuan asing.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Selain itu, memperbolehkan Badan Pangan Dunia (WFP) menerbangkan sembilan helikopter ke sana.</span></strong></div><strong><a name='more'></a></strong><br />
<div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Namun, karena bencana ini tergolong sangat besar dan rumit, bantuan itu tidak cukup.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Koresponden kami, King Kong Janoi, melaporkan dari beberapa daerah di Burma yang dilanda bencana topan itu.</span></strong></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong><span>Laporannya dibacakan oleh Vivi Zapkie.</span></strong><span></span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Mayat anak kecil yang sudah membusuk mengapung di atas sungai. Ada ratusan mayat dan bangkai membusuk di berbagai sungai dan ladang. Tapi tidak ada yang datang dan mengubur mereka.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Anak-anak mengemis untuk makanan. Sementara, di beberapa jalan yang saya lewati, orang dewasa, anak kecil, dan orang yang sudah lanjut usia juga terpaksa meminta makanan supaya bisa bertahan hidup. Mereka kini menggelandang dan tak punya apa-apa lagi, kecuali pakaian rusak yang mereka kenakan.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Hujan masih turun di kota Labutta, daerah yang paling parah dilanda topan. Kerumunan korban yang selamat, mencoba berlindung di bawah atap plastik bantuan. Salah satunya adalah Daw Than Htwe, 40 tahun. Dia memandang saya dengan tatapan yang lelah dan mengatakan tidak bisa tidur di malam hari.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Di sini dingin sekali apalagi kalau hujan turun malam hari. Atap plastik ini tidak mampu melindungi kami. Tapi kami tidak punya tempat tinggal yang lain. Saya memakai pakaian yang tersisa dari bencana topan. Kami punya mie instant dan sedikit beras yang kami simpan dalam botol dan kami taruh di atas lantai. Tapi itu sama sekali tidak cukup.“</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Pemerintah militer telah membuat gubuk plastik bagi para korban badai. Sekitar seribu keluarga berlindung di stadion sepakbola Labutta dan menerima bantuan dari militer. Namun, para warga mengeluh, bantuan itu hanya pura-pura saja, supaya militer kelihatan membantu masyarakat. Padahal korban selamat yang jumlahnya mencapai sepuluh kali lebih banyak ketimbang di tempat itu, masih belum mendapatkan pertolongan. Mereka terpaksa berteduh di kuil yang sudah hancur, dekat berbagai pagoda dan sekolah. Mereka bertahan hidup dengan makanan yang telah diberikan oleh para donor lokal.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Nasi dibagikan, tapi tetap tidak cukup untuk semua korban. Banyak yang harus ditolak dan mereka terpaksa makan apa saja untuk bertahan hidup. Situasi di luar kota lebih parah dan pendistribusian bantuan sulit dilakukan. U Maung di desa Kawlamu mengatakan warga setempat kelaparan.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Kami tidak punya air minum. Karena banyak bangkai dan mayat yang membusuk. Kondisinya sangat parah. Tapi kami tidak punya pilihan lain kecuali meminum air itu. Pelayanan kesehatan juga tidak ada. Kalau militer mengatakan mereka mempedulikan rakyat, itu hanya pura-pura saja.“</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Ko htoo dari ibukuta Ranggon bekerjasama dengan teman-temannya untuk memberikan bantuan kepada para korban.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Kami mencoba melakukan apa saja yang kami bisa lakukan. Kami tidak menyalahkan siapa-siapa yang tidak datang membantu. Kami tahu rakyat menderita, jadi kami datang ke sini untuk membantu mereka.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Bantuan perorangan seperti inilah yang membantu sebagian masyarakat untuk bertahan hidup. Tapi bantuan ini berjangka pendak dan dan masih kurang layak. Ko Soe Myet, donor lokal lainnya mengatakan para korban sangat membutuhkan bantuan psikologis.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Para korban yang selamat sudah mati rasa. Tidak ada udara segar karena bangkai dan mayat bergelimpangan di mana-mana di sepanjang jalan. Selain itu banyak mayat yang belum diidentifikasi.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Daw Than Htwe, 40 tahun, mengatakan kalau ia tetap tinggal di desanya ia bakal mati.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Kami datang ke kota untuk mencari bantuan. Selama dua hari perjalanaan, kami tidak makan apa-apa. Kami hanya minum air kelapa di hutan. Yang paling menderita adalah anak-anak.“</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Dia bertutur pasukan militer tak berbuat apa-apa di desanya yang terletak dekat Labutta. Kelompok lainnya yang menempuh perjalanan itu mengatakan pada saya, belum makan selama lima hari setelah badai menerpa.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Kata Daw Than, sebagian besar bantuan diberikan untuk pangkalan militer dekat desanya.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Di sini ada pangkalan militer. Saya meninggalkan beberapa anak saya di sana. Saya hanya mmberikan mereka sedikit beras yang saya simpan dalam sebotol beras setelah saya membayar pasukan militer. Anak-anak saya ingin ikut ke sini tapi tidak ada orang yang bisa membawa mereka.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Banyak anak yang menjadi yatim piatu akibat bencana ini dan mereka tidak punya tempat tinggal. U Myet Tun, warga setempat, mengungkap rasa frustrasinya atas tidak tanggapnya aparat dalam bencana ini.</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>“Aparat tidak perduli dengan para korban. Mereka tidak membantu, tapi malah mengabaikannya. Kenapa mereka tidak membiarkan negara lain masuk ke sini supaya mereka bisa membantu kami? Biarlah bantuan asing masuk, mereka seharusnya tidak keras kepala dan bodoh. Karena ini untuk kepentingan rakyat.”</span></div><div style="margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span>Di Burma, 1,5 juta orang telah kehilangan tempat tinggal mereka dan kini mereka masih menunggu bantuan.</span></div>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-76661896468346831082010-05-06T20:21:00.000-07:002010-05-06T20:21:49.114-07:00cerita sedih | kisah sedih dari negeri pantani.<div class="entry"> <div class="snap_preview"> <div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><a href="http://patanikini.files.wordpress.com/2009/03/dsc002382.jpg?w=300&h=225&h=225" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="dsc002382" border="0" class="alignleft
size-medium wp-image-265" height="225" src="http://patanikini.files.wordpress.com/2009/03/dsc002382.jpg?w=300&h=225&h=225" title="dsc002382" width="300" /></a><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pada 22hb feb 2009 seorang pegawai dari PBB bahagian Hak Asasi Manusia dan beberapa orang dari Timur Tengah telah membuat lawatan ka beberapa daerah di Patani. Tujuan lawatan ini ialah untuk menziarahi anak-anak yatim piatu serta menghulurkan bantuan-bantuan tertentu. Anak-anak yatim ini adalah terdiri daripada anak-anak kapada orang-orang kampong yang dibunuh oleh tentera-tentera Thai secara rambang tanpa usul periksa.<a name='more'></a></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Hampir kesemua pelawat-pelawat ini menitiskan air mata melihat keadaan kehidupan anak-anak tersebut. Ada diantara anak-anak itu yang juga ditembak oleh penjajah Thai sehingga lumpuh dari leher ka kaki. Dia terlantar dirumah hanya dibantu oleh jiran-jiran kerana kedua ibu bapa yang bekerja sebagai penoreh getah telah ditembak oleh tentera thai.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span></span></span> <span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;">Yang satu lagi terdiri dari empat beradik, yang sulongnya baru berumur belasan tahun dan yang kecil masih menyusu.Oleh kerana tidak ada pendapatan dan hampir tidak diketahui oleh orang ramai, anak kecil itu hanya diberi susu manis oleh kakaknya. Salah seorang dari mangsa-mangsa ialah seorang anak gadis belasan tahun yang telah dihantar ka hospital Jala.(<em>Jala nama salah satu provinsi di selatan thai</em>) Keadaan badannya kurus kering hampir tidak ada isi langsung. Ini akibat dari tidak cukup makan minum kerana kedua ibu bapa ditembak oleh tentera thai. Dia juga terkena peluru hasil dari tembakan rambang tersebut.Apabila rombongan tersebut sampai ka rumah beliau dan melihat keadaan tersebut langsung dibawa terus ka hospital</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Anak yang diriba oleh kakaknya yang sulong. Mereka 4 beradik kehilangan kedua ibubapa</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> </span> <img alt="dua2" class="alignleft
size-medium wp-image-264" height="300" src="http://patanikini.files.wordpress.com/2009/03/dua2.jpg?w=241&h=300&h=300" title="dua2" width="241" /></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Gadis malang yang ditembak sehingga cedera parah .Badannya sudah tidak berisi akibat tinggal dirumah kekurangan makanan.Kedua ibubapa di bunuh secara kejam oleh Penjajah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><img alt="satu3" class="alignleft
size-medium wp-image-281" height="300" src="http://patanikini.files.wordpress.com/2009/03/satu3.jpg?w=294&h=300&h=300" title="satu3" width="294" /></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Salah seorang anak kecil yang menjadi mangsa kekejaman Thai.Beliau Lumpuh seluruh anggota badan. Hanya kepala yang boleh bergerak !!!!</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Salah satu kampong yang dilawati ialah Kampung Charok Sipok,Sa’e daerah Kru Pinang, Jala..Dua hari selepas lawatan rombongan PBB satu kejadian menyayat hati telah berlaku. Seorang ibu bernama Aminah walong yang baru 20 hari berpindah <span> </span>bersama keluarga ka kampong tersebut. Dia dan suami pindah kasana kerana kesulitan hidup dan mereka bekerja sabagai penoreh getah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Pada jam 8.30 malam hari tersebut anak beliau yang berumur 2 tahun telah menangis minta nak beli makanan rengan. Aminah dengan mendokong anak tersebut serta diikuti oleh satu lagi anak yang berumur 10 tahun terus ka kedai runcit yang berhampiran. Pemilik kedai runcit tersebut bernama Mat Soleh Ibrahim berumur 27 tahun telah membuka kedainya bila mendengar panggilan dari pelanggan. Ketika Aminah dan anak-anaknya masuk ka kedai tersebut dan sedang asyik melayani kerenah anak bongsunya, sekumpulan tentera Thai dari pasukan’ Seghe Pran’ telah masuk kadalam kedai dan menembak buta tuli. Mereka cepat-cepat melarikan diri setelah memuntahi peluru senjata otomatik mereka terhadap mangsa-mangsa tersebut.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Tuan kedai mati serta merta. Isteri beliau tercedera parah. Aminah yang terkena tembakan tersebut mati dalam perjalanan ka Hospital. Kedua-kedua anaknya terkena tembakan dan masih dirawat di hospital.Isteri pekedai itu masih dirawat di hospital.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><img alt="dsc002443" class="alignleft
size-medium wp-image-272" height="225" src="http://patanikini.files.wordpress.com/2009/03/dsc002443.jpg?w=300&h=225&h=225" title="dsc002443" width="300" /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-size: small;">Isteri kapada pekedai Mat soleh Ibrahim masih di <span style="font-family: ""; font-size: 12pt;">rawat</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;">Ketika orang-orang sibuk membantu mangsa-mangsa tersebut, tentera Thai tersebut kembali semula ketempat kejadian dan mengutip kelosang-kelosang peluru yang bertaburan. Kejadian ini saperti banyak kejadian-kejadian lain yang dapat disaksi oleh orang kampung telah disunyikan berita-berita nya kapada umum.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Beberapa bulan yang lalu, juga di kampong Sa’e, sepasang suami isteri yang baru pulang dari menoreh getah juga telah ditembak oleh tentera Thai..Dua anak-anak mereka yang yatim piatu itu juga mendapat bantuan dari rombngan tersebut. Mengikut penduduk disini kampong tersebut sering menerima nasib yang sama dari samasa ka samasa. Ini kerena pihak penjajah Thai ingin memberi amaran kapada orang-orang kampong supaya jangan menyokong gerakan perjuangan kemerdekaan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Kejadian menembak rambang dan menjadikan orang-orang kampong sabagai sasaran mereka adalah suatu dasar yang dirancang secara teliti oleh penjajah Thai bertujuan menghapuskan rakyat Patani sama sekali. Kejadian-kejadian berlaku di serata tempat dan setiap hari.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Statistik yang terbaru dari pihak NGO yang membuat bancian (<em>sensus</em>) mendapati sudah terdapat lebih dari 5000 orang anak-anak yatim yang kedua ibu bapa mereka menjadi mangsa kekejaman tentera penjajah Thai.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Ada juga orang-orang dan pertubuhan Islam yang menyalurkan bantuan kapada anak-anak tersebut yang hidup begitu dhaif!!!!!</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> </span>Orang ramai adalah dirayu menghulurkan bantuan kapada badan yang menjalankan aktiviti –aktiviti kebajikan ini.</span></span></div></div></div>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-8630815630791453632010-05-01T03:31:00.000-07:002010-05-01T03:31:45.058-07:00Cerita sedih | anak yang sensara.<div class="storycontent"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglbeRRIIgMVuMX5OKjSfk7okGevCGEFw3moP0EglEhEMIMmuGWwgAfkdvGwIStcHK5Ngn0ctkihddO2sU5kXDqeeZTraynAnNOapY5GLdMsWjKfEmbeMxkHVUuu10q5U7RpEgDJqXaUZw/s1600/wanita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglbeRRIIgMVuMX5OKjSfk7okGevCGEFw3moP0EglEhEMIMmuGWwgAfkdvGwIStcHK5Ngn0ctkihddO2sU5kXDqeeZTraynAnNOapY5GLdMsWjKfEmbeMxkHVUuu10q5U7RpEgDJqXaUZw/s320/wanita.jpg" /></a></div>Beberapa tahun yg lalu, seorang gadis 15 tahun bernama Lisa Marie meninggal gantung diri di rumahnya. Dia seorang gadis manis dan tinggal di Michigan. Lima hari setelah kematiannya ,ibunya menemukan buku hariannya di kamarnya.<br />
Ibunya ingin mengetahui sebab kematiannya.<br />
Berikut adalah isi buku harian tsb<br />
> > November 7,1999<br />
Dear Diary, hari ini hari pertama sekolah di Michigan. Pada saat saya masuk kelas, saya diejek murid2 cowok yang menyebut saya org aneh. Inilah awal hari yg buruk. Kemudian bbrp murid cewek cantik dan populer mendatangi saya dan memperkenalkan diri mereka. Mereka mengatakan saya org terjelek yang pernah mereka temui. Saya pun menangis. Saya lalu pulang ke rumah dan menelepon Jake. Saya pikir hari ini akan menjadi lebih baik. Namun dia katakan bahwa hubungan jarak jauh tidak bisa bertahan ; sekarang dia tinggal di California. Lalu saya katakan bhw saya mencintainya dan rindu padanya. Tetapi dia mengakui bhw alasan dia pacaran dengan saya adalah karena dia ditantang teman2nya. Dia lalu memutuskan hubungan padahal kami sdh berpacaran selama 2,5 tahun.<br />
November 9,1999<br />
<a name='more'></a><br />
Saya sungguh rindu pada Jake. Tapi dia merubah ! nomor telp-nya shg saya tdk bisa menghubunginya. Hari ini seorang cowok populer mengajak saya ke pesta dansa. Kemudian cewek2 cantik kemarin mengajak saya makan siang bersama. Wow, sungguh menyenangkan !<br />
November 10,1999<br />
Saya sedang menangis sekarang. Ternyata cowok itu brengsek. Dia menumpahkan minumannya pada baju saya lalu cewek2 itu mengoyak baju saya. Semua orang menertawakan saya. Lalu nenek memberitakan bhw papa dan mama tabrakan pagi ini dan mrk dlm keadaan kritis.<br />
Saya tdk sanggup menulis lagi.<br />
November 11,1999<br />
Hari ini Sabtu , nenek dan saya di rumah sakit sepanjang malam. Papa meninggal pagi ini. Mama lumpuh seumur hidup. Sewaktu di RS , nenek baru tahu dia diserang kanker perut dan harus dikemoterapi. Saya masih tdk percaya papa sdh meninggal. Saya sudah capek menangis. Saya letih. Saya harus tidur.<br />
November 12<br />
Papa tdk meniggal ! Tidak mungkin ! Ini semua hanya mimpi. Hidup saya sempurna. Jake msh mencintai saya. Saya tidak bisa menulis lagi. Saya sudah menangis terlalu lama. Saya ingin mati. Bawalah saya.<br />
Keesokan harinya Lisa ditemukan tewas gantung dengan tali berwarna kuning. Saya ibunya. Nama saya Miranda Gonzalez. Saya menulis email ini agar org lain tidak mengalami apa yg dialami anak saya. Ingatlah semua orang ingin dicintai dan dipeluk setiap hari. Tidak ada seorang pun yang pantas diejek dan dihina.<br />
Tak seorangpun yang ingin meninggal seperti anak saya Lisa. Janganlah menjadi orang yang merasa sok popular dan suka merendahkan orang lain hanya karena kita merasa lebih dari mereka.<br />
sumber:annasrei.blogspot.com <br />
</div>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-29052537571490310312010-04-30T20:24:00.000-07:002010-04-30T20:25:33.499-07:00cerita sedih | di lantai 99.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:GPb2-HJqc_bukM:http://hatiperantau.files.wordpress.com/2009/07/ayah-dan-anak.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:GPb2-HJqc_bukM:http://hatiperantau.files.wordpress.com/2009/07/ayah-dan-anak.jpg" width="198" /></a></div>Suatu hari di sebuah apartemen berlantai 100 mengalami gangguan lift, lantaran listrik mati. Sebuah keluarga penghuni apartemen lantai 100 yang baru pulang belanja ingin segera masuk ke rumah. Mereka bertiga terdiri dari Ayah, ibu dan anak.Karena habis belanja di mall, mereka sepakat harus sampai ke lantai 100 secepatnya, karena mendekati waktu makan siang. Mereka pun sepakat naik melalui tangga ke lantai 100. Karena menurut petugas apartemen, mati lampu karena ada travo yang meledak di Jakarta dan menunggu travo pengganti yang masih diambil dari Surabaya.<br />
Agar tidak bosan selama menaiki tangga mereka punya tiga kesepakatan, <i>pertama</i>, lantai 1 sampai 30 si anak harus menyanyi untuk menghibur, <i>kedua</i>, lantai 31 sampai 60 si ibu bercerita tentang hal yang lucu-lucu, dan ketiga dari lantai 61 sampai 100 si ayah bercerita tentang hal yang sedih.<br />
Memasuki lantai ke-61, Si Ayah giliran bercerita tentang hal-hal yang sedih. Entah karena kelelahan, Si Ayah saat itu selalu menunda-nunda gilirannya bercerita, kemungkinan takut lemes, tidak sampai di lantai 100. Nah sampai akhirnya di lantai 99, Si Ayah mulai bercerita.<br />
"Duhai Bunda tercinta, anakku yang aku kasihi, ini cerita sedih sekali. Jangan menangis ya, janji!," mulai sang ayah disambut kompak Si Anak dan Sang Ibu, yang berjanji tidak akan sedih dan nangis.<br />
"Begini, hati Ayah sedih banget, ternyata kunci rumah kita ketinggalan di mobil, di parkiran bawah sana, hiks, hiks," sang Ayah mulai meneteskan air mata.<br />
"Ayah, ini beneran apa cerita ngarang sih? Jangan bikin bunda nangis, hua... Ayah beneran kunci rumah ketinggalan di mobil," tanya sang ibu dan Anak yang tak bisa menahan tetesan air mata.<br />
sumber:annasrei.blogspot.commujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-33510952266996584662010-04-30T03:25:00.000-07:002010-04-30T03:25:49.394-07:00cerita sedih | Kisah Seorang Ibu. Sedih sangat..<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:BnHQzT7cAYvo6M:http://bisabangkit.files.wordpress.com/2009/12/ibu1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:BnHQzT7cAYvo6M:http://bisabangkit.files.wordpress.com/2009/12/ibu1.jpg" width="200" /></a></div>Cerita ni aku dapat dari sebuah forum. <br />
Ketika baca cerita nie, aku terfikir kan mak aku dan aku rasa sedih sangat. <br />
Cuba korang hayati citer nie..: <br />
<br />
<br />
ketika ibu saya berkunjung, ibu mengajak saya untuk shopping bersamanya kerana dia menginginkan sepasang kurung yg baru. Saya <br />
sebenarnya tidak suka pergi membeli belah bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami pergi juga ke pusat membeli belah tersebut. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Kami mengunjungi setiap butik yang menyediakan pakaian wanita, dan ibu saya mencuba sehelai demi sehelai pakaian dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang berlalu, saya mulai penat dan kelihatan jelas riak2 kecewa di wajah ibu. Akhirnya pada butik terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencuba satu baju kurung yang cantik . Dan kerna ketidaksabaran saya, maka untuk <br />
kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam fitting room, saya melihat bagaimana ibu mencuba pakaian tersebut, dan dengan susah mencuba untuk mengenakannya. Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya, seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan cuba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sedari. Setelah saya mendapatkan ketenangan <br />
lagi, saya kembali masuk ke fitting room untuk membantu ibu mengenakan pakaiannya. <br />
<br />
Pakaian ini begitu indah, dan ibu membelinya. Shopping kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat kulupakan dari ingatan . Sepanjang sisa hari itu, fikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam fitting room tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengenakan pakaiannya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, <br />
sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling berbekas dalam hati saya. Kemudian pada malam harinya saya <br />
pergi ke kamar ibu saya mengambil tangannya, lantas menciumnya ... dan yang membuatnya terkejut, saya memberitahunya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan sejelasnya, betapa bernilai dan berrharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. <br />
<br />
Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki <br />
banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu...<br />
sumber:annasrei.blogspot.commujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-45754637441629049842010-04-22T03:20:00.000-07:002010-04-22T03:20:49.495-07:00cerita sedih | kisah sedih yg mengharukan.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyR3AfNZlvHybZ_ZdFmqxw0gW5HId-xq8XU_QlIqgPSrqZNuO2IITT8lVsMNOUE3I5sk25q3d0AoQRO5a3WtbcZvtrN5VfOEoL1cExpkrUrBSKIakQQnyNXEym3Q1q-fbiUrFtUpWxmVs/s1600/ghg.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyR3AfNZlvHybZ_ZdFmqxw0gW5HId-xq8XU_QlIqgPSrqZNuO2IITT8lVsMNOUE3I5sk25q3d0AoQRO5a3WtbcZvtrN5VfOEoL1cExpkrUrBSKIakQQnyNXEym3Q1q-fbiUrFtUpWxmVs/s320/ghg.jpg" /></a></div>Sebut saja namaku Djie<br />
..dan aku masih ingat ketika seorang ibu <br />
mendandaniku sehingga tampak<br />
sangat cantik sekali..<br />
<br />
Kisah sedihku ini dimulai ketika seorang dengan <br />
wajah seram datang<br />
ketempatku dengan mulut bau minuman, dengan <br />
suara serak meminta dengan<br />
paksa supaya aku ikut dengannya.<br />
Kulihat dia menyelipkan uang ke tangan ibu yang <br />
menjagaku sambil<br />
menyeringai<br />
memperlihatkan deretan gigi yang hitam2 <br />
menjijikan.<br />
<a name='more'></a><br />
Tapi apa dayaku sehingga akupun terpaksa ikut <br />
dengannya meski entah apa<br />
yang terjadi pada diriku ini.<br />
Aku memang lemah dan tak punya kekuatan <br />
untuk menolaknya<br />
<br />
Dibawanya aku pergi sehingga tak seberapa lama <br />
kudengar dari kejauhan<br />
suara cekikikan wanita-wanita.<br />
Semakin dekat dengan tempat itu, aku melihat <br />
ada 4 orang laki-laki<br />
ditemani wanita-wanitanya sambil minum-minum.<br />
Ahhh minuman keras lagi?..<br />
<br />
Orang yang membawaku masuk dalam kumpulan <br />
orang-orang itu yang ternyata<br />
temannya, sambil memandangi diriku dengan <br />
penuh nafsu dan kelihatannya<br />
aku mau dimakan hidup-hidup. Tiba-tiba tangannya <br />
menyentuh diriku.<br />
Merabaku sehingga tak ada lagi diseluruh tubuhku <br />
yang tidak dijamahnya<br />
aku tak bisa berkata apa-apa.<br />
Dan sekali lagi aku memang lemah dan tak punya <br />
kekuatan tuk menolak<br />
tingkah laku orang ini.<br />
<br />
Melihat apa yang dilakukannya pada diriku, ke-<br />
empat temannya ternyata<br />
tidak tinggal diam. Sambil teriak-teriak "bagi donk, <br />
bagi donk...!!!"<br />
Akupun juga mengalami perlakuan yang paling <br />
menyedihkan, akhirnya secara<br />
bergiliran merekapun menjamahku dari ujung <br />
keujung dengan<br />
penuh kepuasan dan bukan itu saja yang mereka <br />
lakukan. Tapi tetap saja<br />
aku tidak berontak karena aku lemah dan tak <br />
punya kekuatan untuk<br />
menolaknya.<br />
<br />
Aku begitu lemah, sehingga perlakuan keji <br />
mendatangiku berkali-kali<br />
hanya demi sebuah kepuasaan sesaat, hanya aku <br />
biarkan saja.<br />
Dan itupun masih terjadi sampai saat ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Note : pada saat orang itu memaksaku pergi, dia <br />
memanggil nama lengkapku<br />
Djie Sam Soe isi 12 batang. <img alt="" border="0" class="inlineimg" src="http://www.untuksemua.com/images/smilies/smoke.gif" title="Smoke" /> <img alt="" border="0" class="inlineimg" src="http://www.untuksemua.com/images/smilies/buttrock.gif" title="Buttrock" /> <br />
sumber:annasrei.blogspot.com)<a href="http://www.untuksemua.com/images/smilies/hyper.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="inlineimg" src="http://www.untuksemua.com/images/smilies/hyper.gif" title="Hyper" /></a>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-42832831557430692022010-04-22T03:16:00.000-07:002010-04-22T03:16:25.519-07:00Cerita Sedih | kisah sedih ku.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-juKMGL8IPhZfgBjLglqFlNFRw7xXClaCYGJ0vcZR-JD9QuH69aEKVH9atqpe4wFdqJuBOxtRYaRjCRDIBn-Iv4rVIVpRcLxyu-PBO_VeoSOoS3jZ941HeK0ptHUfH1q4-_mWzwrf958/s1600/dgd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-juKMGL8IPhZfgBjLglqFlNFRw7xXClaCYGJ0vcZR-JD9QuH69aEKVH9atqpe4wFdqJuBOxtRYaRjCRDIBn-Iv4rVIVpRcLxyu-PBO_VeoSOoS3jZ941HeK0ptHUfH1q4-_mWzwrf958/s320/dgd.jpg" /></a></div>MUNGKIN aq salah tempat tapi aq pengen semua org baca sori modi aq harus taruh thread ini disini . begini kisahnya<br />
<br />
sabtu yg lalu aq pulang kerj 1/2 hari jam 1 , waktu aq masuk ke mobil suami aq , dia ngomong " ma Darren ( my boy) kena air panas , tadi papa di telp dari rumah", aq terkejut lalu kutanya apa dia ngga apa2 suami aq bilang ngga tau ayo kita pulang katanya.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
sepanjang jln menuju rumah aq tdk dpt membayang kan spt apa kena nya luka nya, aq pikir cuma luka kecil, <br />
saat sam pai di rumah aq lihat anak aq............. " ya Tuhan apa ini benar anak yg kulahirkan ??? " wajah nya melepuh dan hangus tersiram air panas ,dia menangis lebih kurang 4 jam sampai sore , aq tak berdaya melihatnya , aq tak dpt menangis, tak dpt marah aq hanya berdiri lunglai melihat semua itu. bayi ku yg ganteng, lucu , dan manis kini spt penderita Face Off yg di TV .<br />
<br />
setelah agak sore mertua aq cerita si babysister mau buat teh manis panas tapi dia teledor meletakkan gelas air panas di pinggir meja makan , anak aq yg baru bisa jalan itu mulai menjangkau tempat2 tinggi mengambil sesuatu , tapi malah air panas yg ditumpahkan ke wajah nya.<br />
<br />
itulah kisah sedih ku yg belum berakhir , aq sudah membawa ke dr bedah plastik , dia bilang tdk apa2 kondisinya tdk mengkhawatirkan nanti lama2 baik.<br />
<br />
teman2 hati hati bila menjaga anak2 apalagi yg balita kemungkinan 2 pasti akan saja terjadi , aq sampai sekarang masih menyesalkan diri kenapa aq tdk tinggal di rumah saja merawat nya. tapi nasi telah menjd bubur skrng anak ku masih dlm perawtan dokter, aq tdk dpt meyalah kan siapapun atas kejadian ini mungkin ini suatu teguran dari tuhan .<br />
<br />
terim akasih telah membaca kisah sedih ku aq tdk bisa menampil kan wajah bayiku krn aq ngga tega dia jd tontonan maaf yaccchhhh.<br />
sumber: annasrei.blogspot.com)mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-55874513410167976342010-04-21T21:51:00.000-07:002010-04-21T21:51:37.930-07:00Cerita Sedih | Kisah sedih di bulan ramadhan: Nurin Jazlin.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMo8j2mdwcQiYd1dHlLz-oJWUCyi2eazSfhqgdPfkVWtP1J4k8NbtP7_0iyYLZuy9G9FvdIp9TOAMEBbI_J7MzTsor72ZWk3Be8WDNrccTd1G7e51qhr5s4I-PgAEItePhgwwvWpP0KrA/s1600/ds.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMo8j2mdwcQiYd1dHlLz-oJWUCyi2eazSfhqgdPfkVWtP1J4k8NbtP7_0iyYLZuy9G9FvdIp9TOAMEBbI_J7MzTsor72ZWk3Be8WDNrccTd1G7e51qhr5s4I-PgAEItePhgwwvWpP0KrA/s320/ds.JPG" /></a></div><span style="font-size: 85%;"><b>Kronologi Kes Kehilangan Nurin Jazlin</b></span><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div class="news_summ" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><b> </b></span></div><span style="font-size: 85%;"> KUALA LUMPUR, 20 Sept (Bernama) -- Kes kanak-kanak perempuan Nurin Jazlin Jazimin, 8, yang dilaporkan hilang sejak sebulan lepas mendapat perhatian daripada pelbagai pihak yang bersimpati dengan kesengsaraan ibu bapanya yang tidak putus asa mencarinya.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Bagaimanapun doa dan harapan semua pihak supaya Nurin Jazlin selamat ditemui dan diserahkan kepada ibu bapanya tidak kesampaian sebaliknya menjadi igauan buruk apabila kanak-kanak perempuan itu sah menjadi korban pembunuhan kejam serta mangsa penderaan seksual.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Ujian asid deoksiribonukleik (DNA) ke atas mayat yang ditemui dalam sebuah beg sukan di Petaling Jaya Utama Isnin lepas membuktikan ia adalah Nurin Jazlin<a name='more'></a>.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Nurin Jazlin, pelajar tahun dua Sekolah Rendah Kebangsaan Desa Setapak dilaporkan hilang pada 20 Ogos setelah keluar bersendirian untuk ke pasar malam yang berhampiran rumahnya di Seksyen 1, Wangsa Maju di sini.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Kes pembunuhan kejam itu, antara yang paling buruk di negara ini mendapat banyak reaksi daripada orang ramai yang berharap polis dapat membawa pembunuhnya ke muka pengadilan secepat mungkin.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Bedah siasat ke atas mayat mangsa mendapati pembunuh telah memasukkan timun dan terung ke dalam kemaluan mangsa, menyebabkan rektum mangsa pecah hingga dijangkiti bakteria antara faktor yang menyumbang kepada kematian menyayatkan kanak-kanak itu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Fizikal kanak-kanak itu yang ditemui mati dengan keadaan "kurus kering" selain dengan pelbagai kesan lebam pada badannya menyebabkan ibu bapa Nurin Jazlin tidak mengenalinya semasa membuat pengecaman pertama kali Isnin lepas.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Berikut ialah kronologi kes itu yang turut menarik perhatian media tempatan dan asing yang membuat liputan perkembangan semasa kes itu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>20 Ogos</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Keluarga Nurin Jazlin, pelajar tahun dua Sekolah Rendah Kebangsaan Desa Setapak membuat laporan polis berhubung kehilangannya setelah keluar bersendirian untuk ke pasar malam yang berhampiran rumahnya di Seksyen 1, Wangsa Maju.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>26 Ogos</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Bapa Nurin Jazlin, Jazimin Abd Jalil mengadu kepada media mengenai kebimbangannya terhadap kesihatan Nurin yang sejak hilang berkemungkinan tidak mendapat bekalan ubat untuk penyakit buah pinggang dan darah tinggi yang dihidapinya.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>27 Ogos</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Ibu Nurin Jazlin, Norazian Bistaman akhirnya meluahkan isi hatinya selepas enggan ditemuramah pemberita sejak kehilangan anaknya.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>28 Ogos</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Polis klasifikasikan kes Nurin Jazlin sebagai penculikan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b> 29 Ogos</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Seorang saksi tampil mengaku melihat Nurin Jazlin ditarik menaiki sebuah van berwarna putih pada malam kejadian (20 Sept) manakala kira-kira 300 anggota polis, RELA, Dewan Bandaraya Kuala Lumpur (DBKL) dan Rukun Tentangga mengadakan operasi besar-besaran menjejaki Nurin di kawasan Sentul, Kepong, Jinjang, Wangsa Maju dan Setapak.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b> 3 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> ------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Ketua Polis Negara Tan Sri Musa Hassan minta bantuan orang ramai dalam usaha mencari Nurin Jazlin kerana tiada petunjuk baru.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Persatuan Pengguna Islam Malaysia (PPIM) turut anjur solat hajat di masjid-masjid selain tawar RM3,000 sebagai ganjaran penemuan Nurin.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>4 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> ------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Usaha mengesan Nurin jazlin yang memasuki hari ke-13 turut menggunakan kaedah perantaraan jarak jauh atau "remote viewing" oleh Pakar Forensik Hipnosis Dr Sazali Ahmad.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>5 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Pelbagai pihak termasuk 1,000 anggota Pemuda Umno Wilayah Persekutuan bermotosikal bantu tampal poster Nurin Jazlin manakala Persatuan Kebajikan Bekas Perisikan Malaysia (Perisi) mula menggerakkan anggota mereka yang berpangkalan di Pulau Pinang dalam usaha mengesan kanak-kanak itu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>6 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Polis sahkan sebuah van berwarna putih yang dibiarkan tersadai di Taman Tenaga, Jalan Klang Lama tiada kaitan dengan kes kehilangan Nurin Jazlin.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>7 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> ------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Perisi menerima maklumat daripada orang ramai tentang dua lokasi yang dipercayai tempat Nurin Jazlin disembunyikan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b> 8 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Keluarga Nurin Jazlin mengadakan solat hajat bersempena dengan sambutan ulang tahun Nurin yang kelapan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>10 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Pengamal tradisional mengaitkan kehilangan Nurin Jazlin dengan makhluk halus.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>12 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Gabungan Pelajar Melayu Semenanjung (GPMS) akan mengadakan operasi kempen bermula 14 Sept untuk mencari Nurin Jazlin dengan melibatkan 150 sukarelawan mengedarkan poster di kira-kira 50 lokasi tumpuan umum sekitar Kuala Lumpur.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>13 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Keluarga Nurin Jazlin menyambut ketibaan Ramadan kali pertama tanpa Nurin di samping keluarga.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>14 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Jumlah ganjaran kepada sesiapa yang membantu mengesan Nurin yang hilang sejak 26 hari lepas meningkat kepada RM26,000 dengan sumbangan daripada Yayasan Pencegahan Jenayah Malaysia (MCPF) menghulurkan RM3,000.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>16 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> GPMS mempergiatkan kempen mencari Nurin Jazlin ke peringkat seluruh negeri dengan mengedarkan poster kanak-kanak itu ke 142 cawangan GPMS di seluruh negara.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>17 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> --------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Mayat seorang kanak-kanak perempuan bogel ditemui disumbat dalam sebuah beg sukan di sebuah premis perniagaan di Jalan PJS 1/48, Taman Petaling Utama, Petaling Jaya. Mayat kanak-kanak berusia antara enam hingga sembilan tahun itu didapati mempunyai kesan lebam di leher selain luka dan calar-calar di kaki.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Ibu bapa Nurin jazlin menafikan kanak-kanak itu adalah Nurin Jazlin ketika proses pengecaman di Hospital Kuala Lumpur.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Polis ambil contoh darah ibu bapa Nurin untuk DNA bagi pengesahan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>19 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Polis mencari seorang wanita misteri melalui rakaman kamera litar tertutup (CCTV) di premis perniagaan di Petaling Jaya bagi membantu siasatan kes penemuan mayat kanak-kanak itu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Wanita yang memakai baju-T berwarna merah dan seluar jeans biru itu dirakam mundar-mandir di luar premis itu sebelum menaiki sebuah kereta Perodua Kancil berwarna perak yang dipandu oleh seseorang yang tidak dikenali.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> RHB Banking Group mengambil langkah proaktif bagi memudahkan usaha mencari Nurin Jazlin dengan memasang gambar kanak-kanak perempuan itu di kesemua Mesin Teler Automatik (ATM) bank itu mulai hari ini (20 Sept).</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><b>20 Sept</b></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> -------</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"> Ketua Polis Daerah Petaling Jaya ACP Arjunaidi Mohamed hari ini mengesahkan ujian DNA ke atas mayat kanak-kanak perempuan yang ditemui dalam sebuah beg sukan di Petaling Jaya Isnin lepas adalah Nurin Jazlin.</span><br />
<span style="font-size: 85%;">sumber:annasrei.blogspot.com </span>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-5515085683995817662010-04-21T21:47:00.000-07:002010-04-21T21:47:34.917-07:00Cerita Sedih | Cerita sedih seorang ayah.SUMPAH! ini cerita sedih banget /sob<br />
<br />
< kalo mw baca, saya sarankan yg lagi mod baca cerita aja<br />
takut bosan liat tulisan panjang kyk bgini :D ><br />
<br />
<br />
25 tahun yang lalu,<br />
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan.<br />
Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami<br />
ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam<br />
tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa<br />
sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa d! an salam<br />
sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur<br />
karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku<br />
sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku..<br />
Cita-cita kami sederhana,ingin hidup bahagia<br />
<a name='more'></a>.<br />
<br />
22 tahun yang lalu,<br />
Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan<br />
keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya<br />
momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia<br />
bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi<br />
baik hingga dia tampak ! sempurna. Kulitnya masih merah,<br />
mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak<br />
dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus<br />
bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak<br />
mau menerima kami.. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk<br />
memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin,<br />
suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.<br />
<br />
19 tahun yang lalu,<br />
Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang<br />
berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja ke<br />
kursi la! lu dari kursi ke lantai kemudian berteriak<br />
'Horeee, Iya bisa terbang'. Begitulah dia<br />
memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu<br />
merekah seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak<br />
jarang berteriak, 'Iya sayaaang,' jika sudah<br />
terdengar suara 'Prang'. Itu artinya, ada yang<br />
pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca..<br />
Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat<br />
dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya<br />
terpental. Dan dia cuma bilang 'Kenapa semua kaca di<br />
rumah ini selalu pecah, Ma?'<br />
<br />
18 tahun yang lalu,<br />
Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal<br />
dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin<br />
lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak<br />
membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi<br />
jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya.<br />
'Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain<br />
bola!' tapi aku tidak suka dia menangis terus minta<br />
bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku<br />
bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang<br />
sudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola<br />
itu. 'Horee, Iya jadi pemain bola.'<br />
<br />
17 Tahun yang lalu<br />
Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan.<br />
Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak<br />
akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak<br />
tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku<br />
tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari<br />
sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola<br />
sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah<br />
jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku<br />
mengalahkan kehati-hatianku dan 'Iyaaaa'. Sebuah<br />
truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya<br />
berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku<br />
sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang<br />
kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku<br />
bekerja sementara<br />
pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah<br />
konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata<br />
'Coba kalau kamu tak belikan ia bola!'<br />
<br />
15 tahun yang lalu,<br />
Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang<br />
pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan<br />
menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh dan Iya<br />
mulai banyak dibe! ntak. Aku hanya bisa membelainya. Dan<br />
bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat<br />
marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku<br />
tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari ke luar<br />
negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk<br />
mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan<br />
dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia<br />
memang pergi ke Malaysia .<br />
<br />
13 tahun yang lalu,<br />
Setahun sejak keper! gian Kania, keuangan rumahku sedikit<br />
membaik tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar<br />
kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk<br />
SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya.<br />
Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa<br />
melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan<br />
pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku<br />
miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh<br />
remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi<br />
keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku<br />
harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup<br />
tegar.<br />
<br />
10 tahun yang lalu,<br />
Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku.<br />
Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu<br />
sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan<br />
hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya.<br />
'Biar cantik kalo kere ya kelaut aje.' Mungkin<br />
itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar<br />
dia tidak marah walau tak urung menangis juga.<br />
'Sabar ya, Nak!' hiburku.<br />
'Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak<br />
diganggu!' pintanya padaku. Dan aku menangis. Anakku<br />
maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam<br />
hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari<br />
kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku, ternyata kamu sudah<br />
semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak<br />
pernah menunjukkan<br />
kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di<br />
bangku SMP.!<br />
<br />
7 tahun yang lalu,<br />
Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania, istriku,<br />
kembali menemui pikiranku. Sudah bertahun-tahun tak kudengar<br />
kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika<br />
aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang<br />
membuat aku takut. Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi<br />
TKI ke Malaysia . Sulit baginya mencari pekerjaan di sini<br />
yang cuma lulusan SMP.. Haruskah aku melepasnya karena<br />
alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai<br />
habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan<br />
rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal. Setelah<br />
itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usaha<br />
kecil-kecilan. Seperti waktu lalu, kali ini pun aku tak<br />
kuasa untuk menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilaku<br />
baik-baik saja.<br />
<br />
4 tahun lalu,<br />
Kamila tak pernah telat ! mengirimi aku uang. Hampir tiga<br />
tahun dia di sana . Dia bekerja sebagai seorang pelayan di<br />
rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak suka dengan<br />
laki-laki yang disebutnya datuk. Matanya tak pernah siratkan<br />
sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu<br />
adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah<br />
ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu.<br />
Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja. Itu yang kubaca<br />
dari suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu<br />
hingga masa itu tiba. Kamila bilang, aku jangan pernah lupa<br />
salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk salat<br />
tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti<br />
setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin<br />
untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih<br />
pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.<br />
<br />
3 tahun 6 bulan yang lalu,<br />
Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian<br />
pemerintahan Malaysia , kabarnya anakku ditahan. Dan dia<br />
diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami<br />
majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis,<br />
aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin<br />
membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta<br />
bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari<br />
maut. Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku<br />
selesai. Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis. Aku<br />
hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia<br />
memang bersalah.<br />
<br />
2 tahun 6 bulan yang lalu,<br />
Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah.<br />
Dan dia harus menjalani ! hukuman gantung sebagai<br />
balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain menangis<br />
sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnya<br />
tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola apakah<br />
keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri.<br />
Wahai Allah kuatkan aku.<br />
<br />
Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia .<br />
Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya.<br />
Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak.<br />
Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada.. Aku<br />
masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke<br />
arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku.<br />
<br />
'Bapak, Iya Takut!' aku memeluknya lebih erat<br />
lagi. Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya.<br />
'Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?'<br />
'Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya<br />
tidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan dia<br />
jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan<br />
, Pak!' Aku perih mendengar itu. Aku iba dengan nasib<br />
anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa<br />
apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anakku<br />
dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat.<br />
Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku,<br />
tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di<br />
Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanita<br />
itu.<br />
<br />
2 tahun yang lalu,<br />
Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan<br />
hadir melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika dia sudah<br />
datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak ingin melihatnya.<br />
Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana . Petugas itu<br />
membuka papan yang diinjak anakku. Dan 'blass'<br />
Kamilaku kini tergantung. Aku tak bisa lagi menangis.<br />
Setelah yakin suda! h mati, jenazah anakku diturunkan<br />
mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku.<br />
Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis. Aku<br />
mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air<br />
mata aku melihat garis wajah yang kukenal.<br />
'Kania?'<br />
'Mas Har, kau ... !'<br />
'Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!'<br />
'Iya? Dia..dia . Iya?' serunya getir menunjuk<br />
jenazah anakku.<br />
'Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola<br />
jika sudah besar.'<br />
'Tidak ... tidaaak ... ' Kania berlari ke arah<br />
jenazah anakku. Diguncang tubuh kaku itu sambil menjerit<br />
histeris. Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan<br />
secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia<br />
diturunkan dari tiang gantungan. Bunyinya 'Terima kasih<br />
Mama.' Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah<br />
tahu wanita itu ibunya.<br />
<br />
Setahun lalu,<br />
Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku.<br />
Yang aku tahu, aku belum pernah menceraikannya. Terakhir<br />
kudengar kabarnya dia mati bunuh diri. Dia ingin dikuburkan<br />
di samping kuburan anakku, Kamila. Kata pembantu yang<br />
mengantarkan<br />
jenazahnya padaku, dia sering berteriak, 'Iya<br />
sayaaang, apalagi yang pecah, Nak.' Kamu tahu Kania,<br />
kali ini yang pecah adalah hatiku. :sumber:annasrei.blogspot.com)mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-7971420353160538872010-04-21T21:43:00.000-07:002010-04-21T21:43:45.290-07:00KISAH SEDIH DAN LUCU DI BULAN RAMADHAN | SEDAPNYA PUTU MAYAM... JIKA MENJADI JUADAH BERBUKA PUASA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyogF0GRxX-lRRXMesb6BLVZ6tvwX2LPOwhu5HeDlF9eVE3gg0nxBOqi-8Vo0o4QgXXVMQkOwUuCCbC9j92z7SIY_yhXVSeGDTpaD0IfrriyqFLhagZfwia4S8vgqU_dS5Z7x3tN8Uwys/s1600/putu+mayam2A.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyogF0GRxX-lRRXMesb6BLVZ6tvwX2LPOwhu5HeDlF9eVE3gg0nxBOqi-8Vo0o4QgXXVMQkOwUuCCbC9j92z7SIY_yhXVSeGDTpaD0IfrriyqFLhagZfwia4S8vgqU_dS5Z7x3tN8Uwys/s320/putu+mayam2A.JPG" /></a></div><b><span style="color: red;">Suatu Kisah Di Bulan Ramadhan 2002</span><br />
<span style="color: red;">Yang Mengesankan -</span></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b style="color: red;">Di Ceritakan oleh Sdra Fdaus Ahmad ( Universiti Tronoh )</b></div><div><br />
<div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Menelusuri beberapa blog rakan-rakan di maya dalam Ramadan ini, terbaca sebuah kisah yang boleh diketengahkan, cerita ini disunting mengikut kesesuaian tertentu.....</div></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Lepas habis kelas Chemical Thermodynamic (ana ingat tajuk saja..jenis belajar semua meniru) kira kira dalam pukul lima setengah, Malek kawan kelas ana ajak pegi layan Pasar Ramadhan Batu Gajah. Ana memang style payah menolak pelawaan kawan kawan.Kalau janji berdating sekalipun,bila kawan dah ajak,hah..mintak maaf la wahai sang makwe,lain kali lah kita dating.</span><a name='more'></a><br />
<span style="font-weight: bold;">Persoalan ana pada Malek,"Apahalnya ente nak pegi sampai Batu Gajah?,Taman Maju pun ada pasar Ramadhan?,pergi Batu Gajah saja dah amek masa dua puluh minit untung bersih,baru untung bersih..belum campur kos lampu isyarat,kos lembu melintas dekat simpang Tronoh,kos minyak mentah,kos </span><i style="font-weight: bold;">folo</i><span style="font-weight: bold;"> lori balak pada kelajuan 50km/j..kalau </span><i style="font-weight: bold;">lump sum</i><span style="font-weight: bold;"> semua mau sampai empat puluh minit perjalanan sehala.Idea yang tak bebaloi langsung.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">"Ana nak cari putu mayam untuk Shabir</span><i style="font-weight: bold;">..</i><span style="font-weight: bold;">dia telepon ana tadi pesan carikan putu mayam kalau jumpa kat pasar ramadhan,dia teringin..dekat Taman Maju konfem tak ada.Dia demam dah dua hari." - Malek jawab panjang panjang menceritakan hal Shabir kawan serumah beliau.</span></div><br />
<div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Ana panjat duduk seat sebelah tanpa melanjutkan soal jawab.Malek memang baik.Apa yang dia boleh tolong dia mesti tolong. Hari tu ana ajak dia ponteng kelas teman pegi Ipoh cari bundle dockers pun dia ikut.Tak banyak ragam. Kalau ana ada sepuluh orang kawan macam Malek rasanya memang bahagia le hidup kat dunia ni.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Perjalanan pegi Batu Gajah bersama Kancil eksotik Malek berlangsung sebagaimana yang ana </span><i style="font-weight: bold;">pundit </i><span style="font-weight: bold;">kan. Traffic Light yang tak pernah hijau bila nampak kereta Malek, lembu lembu yang melenggang bontot ditengah jalan, Lori lori balak yang selalu bikin hati membara bila nak potong tak lepas, ditambah dengan pemanduan berhemah encik Malek maka genaplah empat puluh minit sebelum tiba di tapak Pasar Ramadhan Batu Gajah.</span></div><br />
<div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Kami turun ke Pasar Ramadhan dengan niat murni mencari putu mayam untuk brader Shabir yang sedang demam. Pasar Ramadhan Batu Gajah boleh tahan juga dia punya panjang. Setelah dua tiga kali ber-<i>sa'ie</i>, barulah kami terjumpa mamak jual putu mayam atas motor di celah celah makcik Bihun Sup. (Ana rasa mamak tu jual tak baya resit MBBG menjual tanpa permit le ni...)<br />
<br />
"Bagi tiga ringgit...kasi lebih gula sama kelapa" - Malek menunaikan tanggungjawab beliau dengan penuh kepuasan. Ana awal awal masuk <i>event</i> pasar ramadhan dah cekup nasik dagang sama air tebu. Malas pikir makanan bukan bukan.Malek pun sama menu dengan ana. Memang niat nak belikan putu mayam untuk Shabir, bukannya nak merewang saja saja.</div><div><br />
</div><div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Hampir setengah jam di pasar ramadhan Batu Gajah, ana dan Malek pun bergegas untuk pulang. Lembu lembu pun dah tak sabar menunggu kereta Malek lalu. Nak buat <i>show</i> tunjuk lenggang bontot masing-masing. Kalau lambat nanti marah pula. Radio hitz FM dalam kereta ana kilas pegi ke Radio Perak. Pukul enam setengah, dengarlah mengaji pulak. "Orang putih-orang putih juga Malek, mengajinya kita jadikan halwa telinga", kata ana padanya.</div><div><br />
</div><div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Sepanjang perjalanan pulang ke universiti Tronoh, halangan yang serupa ana dan malek tempuhi sebagaimana kami datang. Lembu lembu,lori balak dan traffic light yang ada <i>skill</i> boleh cam nombor plat kereta Malek. Asal nampak kereta Malek terus traffic light jadi merah. Perangai dengki yang bikin ana hilang sabar rasa nak penerajang. Cuma masa balik kami dapat <i>bonus track </i>sebab jalan nak keluar parking sesak macam dia tahu itu kereta Malek pakir.Ahh...h..ujian dibulan puasa.</div><div><br />
</div><div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Masa sampai di kolej, Azan maghrib sedang berkumandang. Alang alang, ana ikut bebuka dirumah Malek saja lah senang cerita.Kalau ana jalan kaki balik ke rumahana pun boleh, cuma makruh la sebab melambat lambatkan berbuka puasa. Takkan ana nak berbuka puasa minum air tebu sambil berjalan kaki naik turun tangga?, sebelah tangan minum air tebu, sebelah tangan lagi jinjing plastik nasi dagang. Hah gelagat gelojoh lagi tak matang. Bukan begitu sikap yang ibu ana terapkan.</div><div><br />
</div><span style="font-weight: bold;">Sampai dirumah Malek, budak- budak rumah beliau seperti Amir Hamjah, Idalara, Lenzs, Kuntong, Is Mahligairezki, Jeffry,Eiza, Jaja dan yang ada semua dah ready bersila atas surat khabar. Shabir pun ada duduk berselimut depan polistrin berisi nasi putih.</span><br />
<span style="font-weight: bold;">"Mana lauk ana?" - Shabir bertanya dengan semangat demam nak berbuka puasa.</span><div><br />
</div><div>******</div><div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Sesi berbuka puasa hari tu ana saspek telah menjadi legend dan sejarah pilu bilamana Shabir berbuka puasa dengan nasi putih berlaukkan PUTU MAYAM.</div><div><br />
</div><div style="font-weight: bold; text-align: justify;">"TOMYAM ente tu, esok sumpah ana pegi cari, biar sampai ke <span style="font-style: italic;">Hattyai</span> pun tak apa!!" - janji Malek pada Shabir.</div><div><br />
</div><div style="font-weight: bold; text-align: justify;">Ana tak sampai hati nak kupas situasi konfuse dukalara antara Malek dan Shabir pada petang waktu berbuka hari tersebut. Putu Mayam dah jadi Putu Tomyam....Kah...kah...kah!!! Enta semua fikirkan lah...<br />
</div><div>*****</div><div><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">p/s:</span> <b style="font-style: italic; font-weight: bold;">Kalau Shabir telepon pesan nasi dagang </b><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">itu hari, mau si Malek ajak ana pegi carik nasi </span><b style="font-style: italic; font-weight: bold;">kangkang.</b><span style="font-style: italic; font-weight: bold;"> Ana berfikir dalam hati dengan hujung ketawa yang masih berderai tetapi ditahan-tahan. Adakah pendengaran Malek begitu merosot di bulan Ramadhan ni...Malek....Malek...tapi mana nak cari seorang kawan yang sangat baik hati dan sedia berkorban sepertinya, cuma sesekali tidak teliti mendengar...!!</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">sumber:annasrei.blogspot.com) </span></div></div></div>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-56475706450804360642010-04-21T21:36:00.000-07:002010-04-21T21:36:25.500-07:00Cerita Sedih | Kisah Sedih di Bulan Ramadhan 2.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMWwTlgUeDnmuQb-vwrAG_YX6SZV8UD9DHvcgS7KJJwWVUPgVDislWNbbTf6pQOTFQ74jr6eexwG644O-2lQL1Jdx9aDeIxIT7ZQbskCgU7v3jTEgEFC_IcD5H0ndKi_lOPNrXZHYEBko/s1600/dfd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMWwTlgUeDnmuQb-vwrAG_YX6SZV8UD9DHvcgS7KJJwWVUPgVDislWNbbTf6pQOTFQ74jr6eexwG644O-2lQL1Jdx9aDeIxIT7ZQbskCgU7v3jTEgEFC_IcD5H0ndKi_lOPNrXZHYEBko/s200/dfd.jpg" width="200" /></a></div><span class="date">Mon, 18 Oct 2004 11:24:56 -0700</span> <!--X-Subject-Header-End--> <!--X-Head-of-Message--> <!--X-Head-of-Message-End--> <!--X-Head-Body-Sep-Begin--> <!--X-Head-Body-Sep-End--> <!--X-Body-of-Message--> <script type="text/javascript">
<!--
google_ad_client = "pub-7266757337600734";
google_alternate_ad_url = "http://www.mail-archive.com/blank.png";
google_ad_width = 336;
google_ad_height = 280;
google_ad_format = "336x280_as";
google_ad_type = "text_image";
google_ad_channel = "5629109116+6771450170+2275486144";
google_color_border = "FFFFFF";
google_color_bg = "FFFFFF";
google_color_link = "006792";
google_color_url = "006792";
google_color_text = "000000";
//-->
</script> <script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js" type="text/javascript">
</script><script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/expansion_embed.js">
</script><script src="http://googleads.g.doubleclick.net/pagead/test_domain.js">
</script><script>
google_protectAndRun("ads_core.google_render_ad", google_handleError, google_render_ad);
</script><ins style="border: medium none; display: inline-table; height: 280px; margin: 0pt; padding: 0pt; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><ins style="border: medium none; display: block; height: 280px; margin: 0pt; padding: 0pt; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><iframe allowtransparency="true" frameborder="0" height="280" hspace="0" id="google_ads_frame1" marginheight="0" marginwidth="0" name="google_ads_frame" scrolling="no" src="http://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-7266757337600734&format=336x280_as&output=html&h=280&w=336&lmt=1109231750&channel=5629109116%2B6771450170%2B2275486144&ad_type=text_image&alternate_ad_url=http%3A%2F%2Fwww.mail-archive.com%2Fblank.png&color_bg=FFFFFF&color_border=FFFFFF&color_link=006792&color_text=000000&color_url=006792&flash=10.0.32&url=http%3A%2F%2Fwww.mail-archive.com%2Fpalanta%40minang.rantaunet.org%2Fmsg02891.html&dt=1271910711115&shv=r20100331&correlator=1271910711138&frm=0&ga_vid=1170619458.1271910711&ga_sid=1271910711&ga_hid=140483849&ga_fc=0&u_tz=420&u_his=7&u_java=0&u_h=768&u_w=1024&u_ah=738&u_aw=1024&u_cd=16&u_nplug=14&u_nmime=65&biw=1024&bih=574&ref=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Fsearch%3Fhl%3Did%26lr%3D%26gbv%3D2%26ei%3DDtDPS-WmDcqprAf4_vi1Cw%26sa%3DX%26oi%3Dspell%26resnum%3D0%26ct%3Dresult%26cd%3D1%26ved%3D0CAsQBSgA%26q%3Dcerita%2Bsedih%2Bdi%2Bbulan%2Bramadhan%26spell%3D1&fu=0&ifi=1&dtd=123&xpc=z5XdpN6kUW&p=http%3A//www.mail-archive.com" style="left: 0pt; position: absolute; top: 0pt;" vspace="0" width="336"></iframe></ins></ins> <br />
<pre>Assalamualaikum.Wr.Wb.
Pelaku adalah berasal dari Padang, tinggal di Riau.
Dan pernah belajar di Al Azhar, tetapi DO ( Droup Out
). Ortu masih di Kairo dan anak dari salah satu
direktur bank di Riau.
Sementara korban, malaysia, sering menipu orang
Indonesia ( mengambil duit orang-orang Indonesia,
ribuan dollar dengan penipuan, juga Thailand, malaysia
dan negara lainnya ). <a name='more'></a>
Ia mahasiswa Al Azhar juga, tetapi sudah puluhan tahun
belum selesai-selesai, urusannya di Kairo justru lebih
di tilik beratkan pada bisnis.
Kebetulan nasib orang Riau, asal Sumbar ini yang
terkena, sehingga jatuh pembunuhan itu pada dirinya,
sementara sudah sering sekali, termasuk negara
Thailand ingin membunuh sang korban, karena
perbuatannya sudah dianggap keterlaluan, hanya saja
Allah mentakdirkan lain, kena bangsa kita juga
akhirnya, dan dari daerah Sumbar- Riau juga lebih
khususnya.
Yang paling disayangkan pelaku dan istrinya adalah
orang yang dekat dengan kami di Kairo ( orangnya pada
dasarnya sangat baik, wallahu a'lam tuntutan istri/
anak terlalu besar kali ).
Kami dekat karena memang kita di negara orang lain itu
sesama dari daerah Sumbar sudah seperti saudara
sendiri, jadi semua dekat, dan termasuk ia ini dekat
dengan keluarga kami di Kairo. Itu yang sangat kita
kecewakan. mantan mahasiswa Al azhar ( meski tidak
selesai ), orang Sumbar-Riau, dan di daerah Islami
lagi.
Yahhhhhh..yang namanya hidup, kejahatan itu ada dimana
saja, syetan itu bukan ada di negara jahat, tetapi di
hati yang kalut, dan tidak ingat Allah, itu saja.
Kita juga ingat negara mesir adalah negaranya Fir'aun
juga negaranya para nabi, jadi wajar saja disana ada
yang berwatak seperti para nabi, tentu ada juga yang
berwatak seperti Fir'aun.
Wassalam</pre>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-22186008984951964132010-04-21T21:31:00.000-07:002010-04-21T21:31:42.657-07:00Cerita Sedih | Kisah Sedih di Bulan Ramadhan.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9SREkfYQgmYP1ctej2pMcK9WdkGqKdJwtYoOxd3AFQfFbTF9M25qT6-WL4C8-fneoBw7MZC_Nig48c8xnT9g2Xp__SstqafOWQUQQY3UQvHO5pFQIi-xRFb84vmWAfnD3e4_ibiKXcgk/s1600/612.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9SREkfYQgmYP1ctej2pMcK9WdkGqKdJwtYoOxd3AFQfFbTF9M25qT6-WL4C8-fneoBw7MZC_Nig48c8xnT9g2Xp__SstqafOWQUQQY3UQvHO5pFQIi-xRFb84vmWAfnD3e4_ibiKXcgk/s320/612.jpg" /></a></div><span class="date">Sun, 17 Oct 2004 16:21:20 -0700</span> <!--X-Subject-Header-End--> <!--X-Head-of-Message--> <!--X-Head-of-Message-End--> <!--X-Head-Body-Sep-Begin--> <!--X-Head-Body-Sep-End--> <!--X-Body-of-Message--> <script type="text/javascript">
<!--
google_ad_client = "pub-7266757337600734";
google_alternate_ad_url = "http://www.mail-archive.com/blank.png";
google_ad_width = 336;
google_ad_height = 280;
google_ad_format = "336x280_as";
google_ad_type = "text_image";
google_ad_channel = "5629109116+6771450170+2275486144";
google_color_border = "FFFFFF";
google_color_bg = "FFFFFF";
google_color_link = "006792";
google_color_url = "006792";
google_color_text = "000000";
//-->
</script> <script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js" type="text/javascript">
</script><script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/expansion_embed.js">
</script><script src="http://googleads.g.doubleclick.net/pagead/test_domain.js">
</script><script>
google_protectAndRun("ads_core.google_render_ad", google_handleError, google_render_ad);
</script><ins style="border: medium none; display: inline-table; height: 280px; margin: 0pt; padding: 0pt; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><ins style="border: medium none; display: block; height: 280px; margin: 0pt; padding: 0pt; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><iframe allowtransparency="true" frameborder="0" height="280" hspace="0" id="google_ads_frame1" marginheight="0" marginwidth="0" name="google_ads_frame" scrolling="no" src="http://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-7266757337600734&format=336x280_as&output=html&h=280&w=336&lmt=1109212852&channel=5629109116%2B6771450170%2B2275486144&ad_type=text_image&alternate_ad_url=http%3A%2F%2Fwww.mail-archive.com%2Fblank.png&color_bg=FFFFFF&color_border=FFFFFF&color_link=006792&color_text=000000&color_url=006792&flash=10.0.32&url=http%3A%2F%2Fwww.mail-archive.com%2Fpalanta%40minang.rantaunet.org%2Fmsg02876.html&dt=1271910427641&shv=r20100331&correlator=1271910427652&frm=0&ga_vid=773512585.1271910428&ga_sid=1271910428&ga_hid=491370398&ga_fc=0&u_tz=420&u_his=7&u_java=0&u_h=768&u_w=1024&u_ah=738&u_aw=1024&u_cd=16&u_nplug=14&u_nmime=65&biw=1024&bih=574&ref=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Fsearch%3Fhl%3Did%26lr%3D%26gbv%3D2%26ei%3DDtDPS-WmDcqprAf4_vi1Cw%26sa%3DX%26oi%3Dspell%26resnum%3D0%26ct%3Dresult%26cd%3D1%26ved%3D0CAsQBSgA%26q%3Dcerita%2Bsedih%2Bdi%2Bbulan%2Bramadhan%26spell%3D1&fu=0&ifi=1&dtd=96&xpc=Iot4HnPDko&p=http%3A//www.mail-archive.com" style="left: 0pt; position: absolute; top: 0pt;" vspace="0" width="336"></iframe></ins></ins> <br />
<pre>Assalamualaikum.Wr.Wb.
Kisah sedih di bulan Ramadhan.
Laahaulaa, walaaquwwata illaabillahil aliyyil adzim.
Innalillahi wainnaailaihi raaji'un.
Aku tak tahu dari mana jari jemariku ini harus
dimulai. Kemana pikiran dan kaki melangkah. Kemana
pergi selalu yang menjadi bahan pembicaraan
manusia-manusia di Kairo, baik itu masyarakat
Indonesia, Mesir, Malaysia, apalagi Indonesia, tentang
suatu kejadian yang amat sangat disayangkan.
Tetapi itu sudah menjadi takdir dan kuasa Allah, siapa
dapat menebak, dan menduga isi hati manusia, apa yang
akan terjadi esok kelak pada kita. Hanya Allah yang
maha tahu.<a name='more'></a>
Mungkin diantara pembaca milist sekalian , sudah baca
berita di surat kabar tertanggal 19 oktober ( Kompas
dan Republika ). Semua kejadian yang diberitakan itu
benar adanya, dan itu adalah versi surat kabar.
Ingin saya menyampaikan rasa keprihatinan hati ini,
disaat-saat bulan ramadhan, selalu saja ada kejadian
di Kairo bagi masyarakat Indonesia di Mesir ini.
Malam itu,..suami saya cerita pada saya : " Ma..ima
tahu ngak ada kejadian di Kairo ? ". Kejadian apa itu
da,..ima ngak tahu, sudah berapa hari ini kepala ima
sakit lagi, pusing, dan sesak nafas penyakit lama
kambuh lagi, jadi ngak tahu berita apa-apa ? ".
" Itu,..ada orang Malaysia, satu keluarga mati kebakar
di rumahnya ".
" Hah..napa, siapa yang lakukan itu, ? " tanyaku pada
suami. " Belum ketahuan. ", jawab suamiku lagi.
" Ih..tega amat yah, kalau itu dilakukan orang, atau
kebakaran sendiri, akibat kelalaian barang kali ? ".
Timpalku pada suami.
" Enggak, memang pembunuhan, ada bercak-bercak darah
di sekeliling rumah itu ".
Merinding bulu kudukku mendengarnya, ternyata Mesir
sudah mulai kagak aman. Aku menduga orang Mesir
pelakunya.
Kemudian suamiku bilang : " Ima,..ima ingat ngak,
tahun kemaren ada kejadian kebakaran dirumah si A ". (
yang ternyata si A ini adalah pelaku pembunuhan itu
saat ini, setelah besoknya diketahui public ).
" Iyah,..Tahun kemaren rumah si A kebakaran, akibat
kelalaian anaknya yang main api, jadi terbakar
rumahnya ", Kujawab lagi.
Keesokan malam harinya, karena aku belum bisa ke
mesjid, masih pusing juga, hanya suami dan anak-anak
yang ke mesjid .
Sepulang dari mesjid, suamiku cerita lagi : "
Ma..tahu ngak, siapa pelaku pembunuhan tersebut ?". "
kagak , jawabku ".
" itu ..orang Indonesia, dan orang yang sangat dekat
lagi dengan kita ".
" Apa….si A..? langsung kutebak, padahal yang dekat
dengan kami di Kairo itu cukup banyak, tetapi entah
mengapa, tebakanku langsung ke si A, dan memang tepat
sekali, jawab suamiku.
Kenapa saya sampai menebak si A, ? " Uda..tiga minggu
yang lalu, ketika terakhir kita makan di rumah
makannya itu, ima melihat dimata dan sikapnya ada
kelainan, entahlah mengapa perasaan ima mengatakan ada
yang ngak beres dengan orang ini ".
" Uda lihat biasa-biasa saja, orangnya tetap baik, dan
ramah ".
" Iyah, memang orangnya baik, tetapi entah mengapa
hati ima merasakan lain ketika itu, lihat sikapnya
agak ganjil, betapa kasihannya anak – anak dan
istrinya itu, begitulah, sayang sekali, kalau lelaki
hanya memilih wanita dari segi kecantikannya saja,
sehingga betapa seringnya lelaki yang tunduk dan patuh
atas permintaan material dari istrinya, dan sang
istripun mengapa ngak menyadari akan kondisi ekonomi ,
social suaminya kayak apa, minta juga permintaan
melebihi kapasitas kemampuan suami, itu
akibatnya,.sang suami jadi terpaksa mencari nafkah
kesana kemari, sampai ngak tahu lagi mana halal, mana
haram, mana salah, mana benar, ngak bisa dibedakan
lagi, yang penting kebutuhan istri dan anak-anak
terpenuhi, ima ngak suka lelaki lemah semacam itu ".
Saya sampaikan semua ini pada suamiku.
" Iyah,..kata suamiku, tapi uda ngak nyangka sama
sekali, kalau senekad itu si A melakukan semua itu,
apa tidak dipikirkannya bagaimana nasib anak-anaknya
kelak ".
" Tapi da,.kita harus lihat dan jelas dulu duduk
persoalannya, kenapa sampai si A melakukan hal itu,
dan kenapa, si A, sampai datang kerumah si korban, dan
ngapaian, ada perlu apa, dan pisau itu dibawa oleh si
A, atau si korban yang ambil pisau dari dapur, lantas
si A karena sudah di paksa berantam begitu, akhirnya
naik pitam dan syetan masuk kedirinya, untuk membela
diri, maka terjadilah pertengkaran, karena si korban
kalah, maka terbunuhlah ia, kalau saja si A yang
kalah, tentu si A pula yang terbunuh, si korban yang
menjadi pembunuh ".
" Iyah,..timpal suamiku, tetapi mengapa sampai ia
membakar rumah itu ? "
" Iyah,.itu kesalahan yang amat fatal, coba saja,
disaat tikaman pertama oleh si A, kan belum tentu
mati, cepat aja dibawa ke dokter, ngaku, kan
hukumannya ngak seberat itu, bisa diobati, ini kenapa
sampai tiga tikaman di tubuh korban, berarti syetan
sudah merasuk betul ke dadanya, dan ia memang sengaja
membunuhnya ? ". kujawab lagi.
"Itulah kata suamiku, kita lihat saja bagaimana
kelanjutannya besok, karena si A belum dapat di temui,
jadi belum didengar langsung berita darinya ".
Malam itu, suamiku sulit tidur, aku bisa mengerti,
bahkan ngak biasanya akhir-akhir semenjak aku hamil
dan melahirkan anak terakhir kami, suamiku benar-benar
memeluk erat badanku tatkala tidur, sampai pagi hari,
badannya lemas sekali, aku kasihan, dan aku sangat
mengerti bagaimana perasaannya malam itu mengetahui
ternyata pelaku pembunuhan empat orang sekaligus di
Mesir itu, dilakukan oleh orang yang dekat dengannya.
Sampai sahurpun masih itu juga yang di ingat dan
disebut-sebutnya.
Keesokan harinya ( hari ini ) , meski kepalaku masih
pusing sekali, tetapi terpaksa aku keluar rumah juga,
karena ada kerja beres-beras di kedutaan, di dharma
wanita, berhubung aku pengurus, hatiku ngak enak,
kalau ngak ikut kerja beres-beres itu. Suamiku sudah
melarang agar aku istirahat aja di rumah, tetapi
kusampaikan, bahwa aku merasa ngak enak, kalau ngak
kerja, masak orang lain saj ayang kerja, sementara aku
enak-enak di rumah, padahal sama-sama pengurus.
" yah udah,.ngak papa, suamiku bilang, siap-siap aja
ke kantor ". Saya dan suami barengan kekantornya,
namun beliau menyetir mobil sedikit lambat dari
biasanya kulihat. Mungkin pikirannya masih kacau kali.
Sampai di kantor itu saja yang menjadi bahan
pembicaraan orang, tetapi aku ngak mau ikut nimbrung
banyak, ngeri juga puasa-puasa, khawatir masuk kepada
ghibah, meski aku tahu dalam hal ini, orang hanya
berbiacara seputar kejadian itu saja, tidak lebih dari
itu, tapi khawatir saja, kalau keterlaluan, sampai
membicarakan hal-hal yang dilarang. Pembicaraan kami
hanya seputar, hukuman apa yang akan diterimanya,
bagaimana dengan hokum di mesir, di Malaysia, dan
Indonesia sendiri.
" Kalau di Mesir, hukuman mati, Malaysia juga hukuman
mati, kalau Indonesia, bagaimana da ?,..tanyaku pada
suamiku.
Suamiku jawab : " kalau di Indonesia, tergantung tas
apa yang dibawa, kalau tasnya penuh dengan duit, maka
bebaslah ia, kalau tas kosong doank yang dibawa, maka
dihukumlah ia ". ( hehehe..aku jadi katawa, dengar
jawaban suamiku, padahal aku nanyanya serius lagi , ia
jawabnya canda, tapi ada benarnya juga dengan realita
di Indo kali ).
Selesai kerja, aku pulang lebih dulu dari suamiku,
sementara suamiku masih ada pekerjaan menterjemahkan
berita yang di tulis oleh surat kabar mesir ke bahasa
Indonesia, untuk di kirim ke Indonesia, akan berita
kejadian tersebut , sampai beliau pulang dekat isya ".
Sampai di rumah, aku dapat berita dari beliau, bahwa
kejadiannya begini :
" Si A malam khamisnya menelpon ke rumah korban orang
Malaysia itu, bahwa ia butuh duit pound, dan mau tukar
dengan dollar seharga sekitar 16.00 US$ ( enam belas
ribu dollar Amerika ).
Lantas orang Malaysia itu bilang, " silahkan datang
kerumah ".
Datanglah si A ke rumah korban tersebut. Kemudian si
korban bilang, " mana duit dollarnya. ?," ada di
mobil ", jawab si A.
Tapi pada akhirnya si A bilang ke si korban, : "
Sebenarnya kau butuh duit, dan ingin menipu kamu,
tetapi melihat kamu dan anak-anak serta istrimu ngak
jadi aku menipumu, aku kasihan, jadi aku tukar saja
duit US$ 200 ". Istriku butuh duit pound sekitar US$
200, untuk buka usaha.
Si Korban langsung marah-marah, bahkan menghina dan
mengeluarkan kata-kata kasar seperti menyebut maaf ,
kemaluan ibunya. Tentu si A marah dan naik pitam,
serta emosi mendengar kata-kata orang Malaysia itu.
Akhirnya terjadilah pertengkaran sengit, dan si korban
ambil pisau dari dapur, sehingga melukai tangan dan
paha si A.
Pada akhirnya pisau jatuh ketangan si A, dan
terbunuhlah si korban. Si A sempat menggendong teman
nya itu, dan mengatakan : " kenapa sampai begini
jadinya, bukankah kita teman dekat dan teman baik
selama ini, mengapa sampai begini jadinya ? ".
Sang istri korban keluar dari kamar dan memukul-mukul
badan si A dari belakang, lantas dikarenakan si A
sedang memegang pisau, dan mengelak dari pukulan
tersebut, maka terkenalah leher istri sang korban,
mati seketika juga ia.
Lantas karena kalut, si A, menyeret dua korban kekamar
dan membakar kamar itu, dengan kain, dengan niat untuk
menghilangkan jejak pembunuhan tersebut. Tapi pada
akhirnya kedua anak korban juga ikut kebakar.
Selepas di bunuh dan dibakar, lantas ia pergi ke rumah
sakit untuk mengobati luka di tangan dan pahanya yang
sempat di operasi juga. Ternyata sesampai dirumah
polisi telah menunggu ia, dan si A langsung mengaku
memang saya membunuhnya, dan membakar kamar itu.
Begitulah kejadian sebenarnya, lantas bagaimana
hukuman padanya, wallhua'lam, kita semua di Kairo
sedang menunggu-nunggu keputusan mahkamah, tapi pihak
kedutaan sudah berusaha meminta agar diberi hukuman
yang seringan-ringannya. Wallha'lam apa yang terjadi
kelak.Ini sekilas informasi di Kairo di bulan
Ramadhan.
Wassalam. Rahima ( 35 thn )</pre>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8334412238375194659.post-52015991689397918012010-04-21T21:26:00.000-07:002010-04-21T21:26:33.593-07:00Cerita Sedih | DEMI PULANG (kisah sedih seorang TKI).<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3YPW62NLDoBvI3muksA7iTcpyEXPbMRDpZ5xZF7UVSu6g4slbjwLuuWQ5vsK5jI5wzloT_I_2TjBfBa85LCAKgL497kjztrVh7hYbbL3UXB3MqycjwwCA-g0iC-JQiKT6gZUf25nWFG0/s1600/fdg.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3YPW62NLDoBvI3muksA7iTcpyEXPbMRDpZ5xZF7UVSu6g4slbjwLuuWQ5vsK5jI5wzloT_I_2TjBfBa85LCAKgL497kjztrVh7hYbbL3UXB3MqycjwwCA-g0iC-JQiKT6gZUf25nWFG0/s320/fdg.jpg" /></a></div>Cerita mengharukan dari sebuah email di mailist sebelah, betapa menyedihkannya nasib TKI kita..<br />
<br />
PULANG<br />
Pada hari Minggu 12 Oktober, beberapa teman seperti pak Dewanto dan pak Anung dan juga ustadz Musa Syarof - menemui seseorang TKI yang bernama pak Safi'i, pekerja konstruksi bangunan yang saat itu sedang sakit. Perkenalan dengan pak Safi'i yang sudah almarhum saat ini, adalah dari pak ustadz Musa Syarof yang juga dipertemukan atas izin Allah berjumpa dengan kawan pak Safi'i didekat tempat pak Musa mengajar.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Ketika saya berjumpa Pak Safii'i kelahiran Bojonegoro tahun 1967 ini di klinik Family Setiawangsa memang sangat menyedihkan, kondisi badannya sangat memprihatinkan, badannya luar biasa kurus. Beliau sudah hampir tidak kuat lagi berjalan, bahkkan posisi duduk sekalipun harus mengangkat kaki - hal ini dikarenakan hampir 2 bulan, beliau tidak sanggup makan karena sakit yang luar biasa dideritanya di gusi dan kerongkongan ( saya melihat giginya sudah tidak tampak lagi karena gusi makin mebesar).<br />
Dokter klinik Setiawangsa angkat tangan, menyatakan bahwa penyakit pak Syafi'i bukanlah kasus penyakit biasa, tetapi penyakit berat dan harus diteliti lebih lanjut oleh rumah sakit yang memiliki fasilitas seperti test darah darah, X ray dan lain-lain.<br />
<span id="fullpost"><br />
Akhirnya kami berserta rekan-rekan membawa pak Syafii ke HKL, dan setelah menjalani beberapa test di HKL, akhirnya pak Syafi'i harus menginap untuk perwatan lanjut di rumah sakit. Sampai sini kami akhirnya agak lega, ... karena tentu saja, paling tidak beliau sudah bisa makan walaupun melalui infus, dan setelah itu harapan kami beliau menjadi sehat, mendapat perpanjangan working permit yang di idamkan, PULANG ke Indonesia.<br />
Ketika beliau kami antarkan ke kamar perawatan, terlihat kadang-kadang pak Syafi'i mengusap usapkan air mata, sedih entah mengapa. Saya berusaha membuat beliau tertawa, tapi entah kenapa apakah joke saya tidak lucu kali ya?<br />
Berita mengejutkan ketika esok harinya Senin pagi, dikabarkan pak Syafi'i meninggal dunia jam pukul 9 pagi, menurut dokternya beliau PULANG dalam keadaaan yang sangat tenang. Menurut dokter yang merawat beliau, beliau terkena kanker darah, jumlah sel darah putihnya bertambah abnormal sampai 100 ( normal hanya 4 saja) .....<br />
Inallilahi wa inailahi rojiun.<br />
Saya seolah tidak percaya baru kemaren bersama beliau ... yakin akan pemulihan tubuhnya sewaktu di rumah sakit, yakin akan mendapat perpanjangan working permit dan yakin beliau akhirnya PULANG ke Indonesia .... yach .. betul beliau betul-betul PULANG ..... jasadnya ke Bojonegoro dan rohnya PULANG ke Rahmatullah. .<br />
<br />
WORKING PERMIT<br />
Memang betul pak Safi'i sebagai pekerja konstruksi di Pahang sudah tidak memiliki working permit sejak Agustus 2008 , tepat 2 bulan ketika permulaan beliau sakit. Tetapi seharusnya perpanjangan working permit sudah diatur dari sebelumnya - kalaupun sakit tentunya sudah ada asuransi yang mengcovernya - majikan ataupun agen yang melalaikan kewajiban ini. Sedih dan perih rasanya ketika memikirkan nasib pak Syafi'i ini, masih ingin berusaha bekerja tapi sakit... ingin sembuh dari mana biaya untuk kesembuhan?<br />
Perusahan tempat dia bekerja tidak mengeluarkan uang sepeserpun demi sebuah asuransi kesehatan.<br />
Akhirnya pak Syafi'i hanya dapat pergi ke klinik biasa, demi menghilangkan rasa sakitnya saja. .<br />
Dan selama beliau sakit di habiskan di tempat tidur, di tempat kost kawan-kawannya di Kuala Lumpur.<br />
Saya percaya setelah sakitnya tak kunjung sembuh, rencana berubah, keinginan untuk mendapat working permit kini hanyalah PULANG ke Indonesia dirawat disana, bukan lagi bekerja, itu saja!!. Dengan perpanjangan working permit beliau akan merasa aman, pada saat keluar dari perbatasan negara Malaysia.<br />
AKHIR KATA<br />
Pak Syafi'i selamat jalan ....kami tak mengenal anda sebelum ini, akan tapi ketika kami sudah merasa dekat dengan anda, seperti halnya saudara Islam, engkau malah meninggalkan kami, terlebih dahulu ...<br />
Kami tidak bisa membayangkan:<br />
<br />
*bagaimana anda sanggup bertahan terhadap sakit anda sampai maut menjemput,<br />
*bagaimana anda tidak bisa makan selama hampir 2 bulan...<br />
*bagaimana ketika saat sakit tidak bersama isteri anda, tidak ada keluarga dikasihi, ketika berpulang ...<br />
*Bagaimana teganya Agen dan syarikat kerja? Peduli kah mereka terhadap nyawa anda ? Apa agen itu juga manusia yang mempunyai hati? Tidak pernahkah mereka mempunyai saudara yang sakit ...<br />
*Bagaimana rasanya ketika hidup anda terus bersembunyi takut karena working permitnya habis -<br />
<br />
berapa banyak Syafi'i2 ini di Malaysia. Mudah-mudahan Allah SWT, mempertimbangkan pak Syafi'i, mati syahid.... mati dijalan Allah demi keluarga...<br />
Saya sangat berterimakasih kepada rekan yang telah banyak membantu pak Syafi'i .... sampai jasadnya di kirim ke Bojonegoro hari ini menggunakan Merpati Air lines<br />
<br />
1.Pak Ustadz Musa Syarof<br />
2.Pak Anung - MYCOMMIT<br />
3.Pak Afar<br />
4.Pak Dewanto<br />
5.Pak Taufik - MYCOMMIT<br />
6.Pak Jarin - kawan TKI<br />
7.Pak Samsul - kawan TKI<br />
8.Pak Salimin - mandor pak Syafi'i.<br />
9. Pak Wery Kusyanto - Consular dept. KBRI<br />
10.Pak Faizal - KBRI<br />
11.Bapak-bapak teman pengajian Sabtu.<br />
12.Bapak - bapak yang saya tak saya sebut kan satu persatu.<br />
<br />
Kami menunggu, partisipasi rekan-rekan dalam membantu terutama biaya pengiriman jenazah dari KL - Surabaya sampai Bojonegoro (termasuk pengambilan jenazah, dimandikan, dikafani, di shalati, diberi cairan khusus, di berangkatkan ke Surabaya, ambulans dari Surabaya - Bojonegoro) yang ditanggung oleh pihak kami dan mandornya pak Salimin, dengan total sebesar RM 4350.<br />
Diatas semua ini, mari kita mohon doa kepada Nya, ...mudah2an Allah mengampuni dosa beliau selama di dunia, dan dengan rahmat-Nya pula, mudah2an sakit selama ini dapat dijadikan sebagai penghapus dosa beliau di dunia.<br />
Doakan mudah-mudahan pemerintah kita termasuk KBRI diberikan kekuatan, tegas dalam menindak, pelaku yang tidak bertanggung jawab seperti ini.<br />
Jazakumullah.</span><br />
<span id="fullpost">sumber:annasrei.blogspot.com) </span>mujahidin ansorhttp://www.blogger.com/profile/11730262739426870459noreply@blogger.com0