Rabu, 18 Agustus 2010
cerita sedih anak yaitm| kisah sedih di bulan ramadhan.
25 tahun yang lalu,
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana, ingin hidup bahagia.
22 tahun yang lalu,
pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana, ingin hidup bahagia.
22 tahun yang lalu,
pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.
cerita sedih anak yatim|kisah sedih si gadis kecil.
Kisah Sedih Si Gadis Miskin
Kisah Sedih Si Gadis Miskin
Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Kisah Sedih Si Gadis Miskin
Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
cerita sedih anak yatim|kisah sedih dari jabaliya.
Kisah Sedih dari Jabaliya
''Oh, Tuhan! Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini,'' kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu.
Abu Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Dia hampir tak memercayai apa yang dilihatnya.
Beberapa hari lalu, di kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di bagian utara Gaza City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan, Shahd (4 tahun), sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Tiba-tiba, tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk yang lucu itu bersimbah darah.
Melihat anaknya tergeletak di lantai dengan kondisi mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu, sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah sudah tewas.
''Oh, Tuhan! Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini,'' kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu.
Abu Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Dia hampir tak memercayai apa yang dilihatnya.
Beberapa hari lalu, di kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di bagian utara Gaza City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan, Shahd (4 tahun), sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Tiba-tiba, tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk yang lucu itu bersimbah darah.
Melihat anaknya tergeletak di lantai dengan kondisi mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu, sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah sudah tewas.
Cerita sedih anak yatim|Kisah sedih di bulan ramadhan.
Sun, 17 Oct 2004 16:21:20 -0700
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Kisah sedih di bulan Ramadhan.
Laahaulaa, walaaquwwata illaabillahil aliyyil adzim.
Innalillahi wainnaailaihi raaji'un.
Aku tak tahu dari mana jari jemariku ini harus
dimulai. Kemana pikiran dan kaki melangkah. Kemana
pergi selalu yang menjadi bahan pembicaraan
manusia-manusia di Kairo, baik itu masyarakat
Indonesia, Mesir, Malaysia, apalagi Indonesia, tentang
suatu kejadian yang amat sangat disayangkan.
Tetapi itu sudah menjadi takdir dan kuasa Allah, siapa
dapat menebak, dan menduga isi hati manusia, apa yang
akan terjadi esok kelak pada kita. Hanya Allah yang
maha tahu.
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Kisah sedih di bulan Ramadhan.
Laahaulaa, walaaquwwata illaabillahil aliyyil adzim.
Innalillahi wainnaailaihi raaji'un.
Aku tak tahu dari mana jari jemariku ini harus
dimulai. Kemana pikiran dan kaki melangkah. Kemana
pergi selalu yang menjadi bahan pembicaraan
manusia-manusia di Kairo, baik itu masyarakat
Indonesia, Mesir, Malaysia, apalagi Indonesia, tentang
suatu kejadian yang amat sangat disayangkan.
Tetapi itu sudah menjadi takdir dan kuasa Allah, siapa
dapat menebak, dan menduga isi hati manusia, apa yang
akan terjadi esok kelak pada kita. Hanya Allah yang
maha tahu.
Cerita Sedih anak yatim|Kisah sedih dibulan ramadhan.
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Kisah sedih di bulan Ramadhan.
Laahaulaa, walaaquwwata illaabillahil aliyyil adzim.
Innalillahi wainnaailaihi raaji'un.
Aku tak tahu dari mana jari jemariku ini harus
dimulai. Kemana pikiran dan kaki melangkah. Kemana
pergi selalu yang menjadi bahan pembicaraan
manusia-manusia di Kairo, baik itu masyarakat
Indonesia, Mesir, Malaysia, apalagi Indonesia, tentang
suatu kejadian yang amat sangat disayangkan.
Tetapi itu sudah menjadi takdir dan kuasa Allah, siapa
dapat menebak, dan menduga isi hati manusia, apa yang
akan terjadi esok kelak pada kita. Hanya Allah yang
maha tahu.
Mungkin diantara pembaca milist sekalian , sudah baca
berita di surat kabar tertanggal 19 oktober ( Kompas
dan Republika ). Semua kejadian yang diberitakan itu
benar adanya, dan itu adalah versi surat kabar.
Jumat, 06 Agustus 2010
cerita sedih | kisah sedih yg sgt menyentuh hati seorang anak.
Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari
keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut.
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah
yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan
membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua
sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang
terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan
untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah
menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb
bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen
dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang
belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang
anak sangat tunduk pada orang tuanya).
keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut.
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah
yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan
membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua
sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang
terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan
untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah
menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb
bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen
dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang
belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang
anak sangat tunduk pada orang tuanya).
cerita sedih | Kisah Sedih Korban Topan Nargis Burma.
Setelah hampir tiga minggu Badai Nargis melanda Burma, jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 100 ribu orang.
Namun, junta militer masih tak mengizinkan bantuan internasional masuk ke negeri itu.
Alhasil, ribuan warga lainnya kekurangan gizi dan menderita penyakit.
Bila bantuan tak segera datang, mereka akan meninggal.
Kini para jenderal telah mengizinkan beberapa negara tetangganya di Asia untuk mengawasi distribusi bantuan asing.
Selain itu, memperbolehkan Badan Pangan Dunia (WFP) menerbangkan sembilan helikopter ke sana.
Namun, karena bencana ini tergolong sangat besar dan rumit, bantuan itu tidak cukup.
Koresponden kami, King Kong Janoi, melaporkan dari beberapa daerah di Burma yang dilanda bencana topan itu.
Laporannya dibacakan oleh Vivi Zapkie.
Mayat anak kecil yang sudah membusuk mengapung di atas sungai. Ada ratusan mayat dan bangkai membusuk di berbagai sungai dan ladang. Tapi tidak ada yang datang dan mengubur mereka.
Anak-anak mengemis untuk makanan. Sementara, di beberapa jalan yang saya lewati, orang dewasa, anak kecil, dan orang yang sudah lanjut usia juga terpaksa meminta makanan supaya bisa bertahan hidup. Mereka kini menggelandang dan tak punya apa-apa lagi, kecuali pakaian rusak yang mereka kenakan.
Hujan masih turun di kota Labutta, daerah yang paling parah dilanda topan. Kerumunan korban yang selamat, mencoba berlindung di bawah atap plastik bantuan. Salah satunya adalah Daw Than Htwe, 40 tahun. Dia memandang saya dengan tatapan yang lelah dan mengatakan tidak bisa tidur di malam hari.
“Di sini dingin sekali apalagi kalau hujan turun malam hari. Atap plastik ini tidak mampu melindungi kami. Tapi kami tidak punya tempat tinggal yang lain. Saya memakai pakaian yang tersisa dari bencana topan. Kami punya mie instant dan sedikit beras yang kami simpan dalam botol dan kami taruh di atas lantai. Tapi itu sama sekali tidak cukup.“
Pemerintah militer telah membuat gubuk plastik bagi para korban badai. Sekitar seribu keluarga berlindung di stadion sepakbola Labutta dan menerima bantuan dari militer. Namun, para warga mengeluh, bantuan itu hanya pura-pura saja, supaya militer kelihatan membantu masyarakat. Padahal korban selamat yang jumlahnya mencapai sepuluh kali lebih banyak ketimbang di tempat itu, masih belum mendapatkan pertolongan. Mereka terpaksa berteduh di kuil yang sudah hancur, dekat berbagai pagoda dan sekolah. Mereka bertahan hidup dengan makanan yang telah diberikan oleh para donor lokal.
Nasi dibagikan, tapi tetap tidak cukup untuk semua korban. Banyak yang harus ditolak dan mereka terpaksa makan apa saja untuk bertahan hidup. Situasi di luar kota lebih parah dan pendistribusian bantuan sulit dilakukan. U Maung di desa Kawlamu mengatakan warga setempat kelaparan.
“Kami tidak punya air minum. Karena banyak bangkai dan mayat yang membusuk. Kondisinya sangat parah. Tapi kami tidak punya pilihan lain kecuali meminum air itu. Pelayanan kesehatan juga tidak ada. Kalau militer mengatakan mereka mempedulikan rakyat, itu hanya pura-pura saja.“
Ko htoo dari ibukuta Ranggon bekerjasama dengan teman-temannya untuk memberikan bantuan kepada para korban.
“Kami mencoba melakukan apa saja yang kami bisa lakukan. Kami tidak menyalahkan siapa-siapa yang tidak datang membantu. Kami tahu rakyat menderita, jadi kami datang ke sini untuk membantu mereka.”
Bantuan perorangan seperti inilah yang membantu sebagian masyarakat untuk bertahan hidup. Tapi bantuan ini berjangka pendak dan dan masih kurang layak. Ko Soe Myet, donor lokal lainnya mengatakan para korban sangat membutuhkan bantuan psikologis.
“Para korban yang selamat sudah mati rasa. Tidak ada udara segar karena bangkai dan mayat bergelimpangan di mana-mana di sepanjang jalan. Selain itu banyak mayat yang belum diidentifikasi.”
Daw Than Htwe, 40 tahun, mengatakan kalau ia tetap tinggal di desanya ia bakal mati.
“Kami datang ke kota untuk mencari bantuan. Selama dua hari perjalanaan, kami tidak makan apa-apa. Kami hanya minum air kelapa di hutan. Yang paling menderita adalah anak-anak.“
Dia bertutur pasukan militer tak berbuat apa-apa di desanya yang terletak dekat Labutta. Kelompok lainnya yang menempuh perjalanan itu mengatakan pada saya, belum makan selama lima hari setelah badai menerpa.
Kata Daw Than, sebagian besar bantuan diberikan untuk pangkalan militer dekat desanya.
“Di sini ada pangkalan militer. Saya meninggalkan beberapa anak saya di sana. Saya hanya mmberikan mereka sedikit beras yang saya simpan dalam sebotol beras setelah saya membayar pasukan militer. Anak-anak saya ingin ikut ke sini tapi tidak ada orang yang bisa membawa mereka.”
Banyak anak yang menjadi yatim piatu akibat bencana ini dan mereka tidak punya tempat tinggal. U Myet Tun, warga setempat, mengungkap rasa frustrasinya atas tidak tanggapnya aparat dalam bencana ini.
“Aparat tidak perduli dengan para korban. Mereka tidak membantu, tapi malah mengabaikannya. Kenapa mereka tidak membiarkan negara lain masuk ke sini supaya mereka bisa membantu kami? Biarlah bantuan asing masuk, mereka seharusnya tidak keras kepala dan bodoh. Karena ini untuk kepentingan rakyat.”
Di Burma, 1,5 juta orang telah kehilangan tempat tinggal mereka dan kini mereka masih menunggu bantuan. sumber:annasrei.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)