Jumat, 07 Mei 2010
cerita sedih | Kisah Anak Berbakti, untuk Ibunya Yang “Gila”.
Ia berkeliling untuk mempertunjukkan kemampuannya menarik kereta dan makan sambil jungkir balik. Namun kemampuannya itu hanya satu, menyenangkan ibunya yang “gila”
Namanya Liu Tianquan dari Pu Yang, Tiongkok. Setiap hari, pekerjaannya adalah menarik perhatian dan menghibur orang. Menarik kereta, makan dengan jungkir balik, pekerjaan yang dikaloninya semenjak dia masih berusia 5 tahun. Sampai sekarang, usianya sudah 31 tahun. Ia ingin memanfaatkan kemampuan khususnya ini untuk mencari pekerjaan guna menghidupi keluarganya. Terutama untuk menghibur ibunya yang mengalami gangguan kejiwaan.
Suatu hari, Liu Tianquan baru pulang bekerja dari Zhen Zhou ke kampung halamannya. Dengan tergesa-gesa berangkat ke rumah kakak sulungnya yang berjarak kira-kira 300 meter. Setelah selesai mempertunjukkan makan mantou dan mengenakan sweater sambil jungkir balik, tak tertahan lagi sang ibu mulai tertawa.
“Kamu koq memperagakan lagi jungkir balik! Sejak kecil kamu sangat lincah, kalau kamu yang memperagakan aku tidak khawatir, tempo hari kakak sulungmu juga mau ikut-ikutan, apapun yang dikata, aku tidak mengizinkannya, kalau lehernya patah bagaimana?”
Zhao Caiqin, sang ibu yang berusia 72 tahun, gangguan jiwanya baru kambuh, wajahnya tanpa perasaan, tidak mau makan, menggumam tiada hentinya, dengan cepat telah pulih menjadi normal, pembicaraannya juga sudah normal. Demikian dikutip Orient Today.
Ayahnya mengatakan, “Anak saya yang ke-4 (Liu Tianquan), sangat berbakti. Dalam cuaca yang sangat dingin seperti ini, masih datang mencuci pakaian sang ibu. Beberapa waktu yang lalu di rumah kekurangan air, dia membawakan air dari rumahnya.”
Menyenangkan Hati Ibu
Liu Tianquan saat berusia 36 tahun menceritakan kenangannya. Pada usia 5 tahun, sang ibu yang berperasaan halus menjadi sakit karena depresi, jiwanya terganggu, sering marah-marah, membanting-banting mangkuk dan panci. Pada saat sangat parah, dia bahkan dapat membacokkan pisau masak sekenanya. Saat melihat ibunda yang biasanya penuh kasih menjadi seperti ini dia sangat bersedih.
Pada suatu kali ketika ibunya kambuh lagi, secara kebetulan me-lihat dia sedang berdiri jungkir balik, tiba-tiba menjadi geli dan tertawa dengan sangat gembira. Setelah itu setiap kali melihat dia jungkir balik sang ibu menjadi sangat bersuka cita sampai-sampai berjoget.
Melihat ibunda bergembira, Liu Tianquan juga sangat girang, sehingga berlatih dengan lebih te-kun. Melihat sang ibu makan mantou, dia akan makan dengan berdiri jungkir balik, dia pernah tersedak sampai sulit bernafas. Melihat sang ibu merajut baju wol, dia sambil jungkir balik akan membantu menggulung benang wol. Pada saat berusia 8 tahun dia sudah dapat mengenakan pakaian sambil jungkir balik; pada usia 15 tahun dapat mengangkat timba air sambil jungkir balik ……
Selama 31 tahun berlatih jungkir balik, Liu Tianquan selalu mengusahakan agar sang ibu bergembira dengan berbagai cara, sehingga gangguan jiwa sang ibu sangat berkurang. Ketika kondisi jiwa sang ibu normal, beliau tidak membiarkan Liu Tianquan jungkir balik, dia sangat menyayangi putranya itu, “Nak, kamu jangan berdiri jungkir balik lagi, kalau lehermu patah bagaimana? Kamu makan sambil berjungkir balik kalau tersedak bagaimana?”
Keahlian Khusus
Tahun baru, Liu Tianquan yang tidak punya uang membeli kado untuk anak-anak, akan mempertunjukan menarik kereta sambil jungkir balik.
Di rumah, Anak-anak menaiki kereta dorong dari kayu, Liu Tianquan akan mengikat pendorong kereta dengan tali. Kemudian dia jungkir balik di atas kursi di samping dinding. Sepasang tangannya akan menarik tali yang diikatkan pada kereta maka kereta dengan stabil bergerak maju. Tetangga yang datang melihat keramaian bertanya kepada Liu Tianquan, “Apakah Anda merasa tidak nyaman? Apakah terdapat perbedaan dengan menarik kereta secara normal?”
Liu Tianquan sambil tertawa menjawab, “Sangat santai, sama sekali tidak ada perbedaan.” Kemudian dia mempertunjukkan makan sambil berjungkir balik dan lain-lain. Anak-anak sangat bergembira sampai berjingkrak-jingkrak.
Liu Tianquan pernah belajar menata rambut, ilmu pijat urut, namun tidak ada yang membuatnya lebih bersukacita ataupun merasa “tiada duanya” daripada berlatih jungkir balik. Pada musim senggang bercocok tanam, dia ingin mencari kerja dengan kemampuan khususnya untuk menghidupi keluarga.
Kadang kala, ia ikut dalam pertunjukan akrobat, setiap bulannya menghasilkan beberapa ratus yuan. Dia dianggap terlalu jujur oleh seorang temannya.
“Sudah disepakati dalam satu kali pertunjukan dilakukan dua jenis atraksi berdiri jungkir balik, namun tepuk tangan penonton ataupun pujian panitia kadang-kadang membuat Liu Tianquan mempertunjukkan beberapa atrak-si ekstra.”
Kemampuannya ini tidak mendatangkan penghasilan lebih banyak bagi Liu Tianquan, dia senang menghibur orang-orang sekelilingnya dengan jungkir balik. Katanya, “Aspirasi saya yang terbesar adalah menghidupi diri sendiri dengan jungkir balik, orang lain gembira, saya pun gembira.”
Anak Berbakti
Setelah kisah Liu Tianquan muncul dalam media, membuat banyak orang Tionghoa merasa terharu. Sungguh sulit ditemukan pada zaman masyarakat materialis seperti sekarang ini. Ada teman-teman dunia maya (internet) mengatakan, “Pada zaman dahulu ada seorang bernama Lao Laizi. Meskipun sudah berusia di atas 70 tahun, masih sering berupaya menyenangkan ibunda yang sudah berusia 90 tahun lebih, dengan mengenakan pakaian warna-warni berdandan menyerupai masa kecilnya, bercanda di depan ibunda agar sang ibu tertawa.”
“Lao Laizi Menghibur Ibunda” merupakan sebuah cerita yang sangat terkenal pada zaman dahulu, merupakan salah satu dari “Dua Puluh Empat Cara Berbakti”, beberapa puluh tahun terakhir ini sudah tidak ada orang yang mengungkitnya lagi. Tak terduga hari ini masih hidup seorang Lao Laizi! Sungguh merupakan sebuah keajaiban!
Ada teman-teman dunia maya yang memberikan pujian penuh kekaguman, “Anda adalah orang biasa yang sangat luar biasa, membuat kami gembira, kagum dan terharu, Anda telah memenuhi karakter moralitas anak berbakti budaya Tionghoa dengan tindakan nyata. Di dunia manusia memang ada perasaan yang tulus, perasaan yang tulus hanya ada di antara masyarakat manusia biasa!”
“Siapa yang mengatakan rasa bakti seorang anak (yang hanya setinggi rumput kecil) dapat membalas budi maha besar sang ibu (yang bagaikan mentari musim semi). Seekor kambing pun berlutut pada induk yang menyusuinya, seekor burung gagak pun setelah dewasa akan membagikan makanan pada induknya, apalagi manusia.”sumber:annasrei.blogspot.com
Diposting oleh
mujahidin ansor
di
23.54
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar