Senin, 19 April 2010

cerita sedih | orang sukses.

Meninggalkan Suap-Menyuap, Pintu Rizki Jadi Terbuka
Ada seorang kawan bercerita tentang seorang pedagang di Saudi Arabia. Pada awal dia meniti karir dalam bisnis, dulunya dia bekerja di sebuah pelabuhan di negeri ini. Semua barang-barang perniagaan yang akan masuk harus melalui dia dan mendapatkan tanda tangannya. Dia tidak suka kepada orang yang main kolusi dan suap-menyuap. Tetapi dia tahu bahwa atasannya senang mengambil uang suap. Sampai akhirnya teman kita yang satu ini didatangi oleh orang yang memberitahunya agar tidak terlalu keras dan mau menerima apa yang diberikan oleh penyuap untuk mempermudah urusannya.

Setelah mendengar perkataan tersebut, dia gemetar dan merasa takut. Ia lalu keluar dari kantornya, sementara ke-sedihan, penyesalan dan keraguan terasa mencekik lehernya. Hari-hari mulai berjalan lagi, dan para penyuap itu datang kepadanya. Yang ini mengatakan, ‘Ini adalah hadiah dari perusahaan kami’. Yang satu lagi bilang, ‘Barang ini adalah tanda terima kasih perusahaan kami atas jerih payah Anda’. Dan dia selalu mampu mengembalikan dan menolak semuanya. Tetapi sampai kapan kondisi ini akan tetap ber-langsung?!
Dia khawatir suatu waktu mentalnya akan melemah dan akhirnya mau menerima harta haram tersebut. Dia berada di antara dua pilihan; meninggalkan jabatannya dan gajinya atau dia harus melanggar hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mau menerima suap. Karena hatinya masih bersih dan masih bisa meresapi firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3).
Akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dia berkata, ‘Tak lama setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkaruniakan untukku kapal kargo yang kecil. Aku pun memulai bisnisku, mengangkut barang-barang. Lalu Allah mengkaruniakan kapal kargo lain lagi. Sebagian pedagang mulai memintaku untuk mengangkut barang-barang perniagaan mereka karena aku memang sangat hati-hati, seolah-olah barang-barang itu milikku sendiri.
Di antara kejadian yang menimpaku adalah sebuah kapal kargoku menabrak karang dan pecah. Penyebabnya, karena sang nahkoda tertidur. Dia meminta maaf. Tanpa keberatan aku memaafkannya. Maka merasa heranlah seorang polisi lalu lintas laut karena aku begitu mudah memaafkan orang. Dia berusaha berkenalan denganku. Setelah berlangsung beberapa tahun, dia polisi itu bertambah tinggi jabatannya. Saat itu datang barang-barang perniagaan dalam jumlah besar. Dia tidak mau orang lain, dia memilihku untuk mengangkut barang-barang tersebut tanpa tawar menawar lagi”.
Pembaca yang budiman, lihatlah, bagaimana pintu-pintu rizki terbuka untuknya. Sekarang dia telah menjadi seorang saudagar besar. Kepedulian sosial dan santunannya bagi orang-orang miskin begitu besar. Begitulah, barangsiapa meninggalkan suatu perbuatan dengan ikhlas karena Allah, niscaya Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.
———————————————
kumpulan cerita sukses tokoh-tokoh dunia – kisah orang sukses – cerita orang-orang sukses – kisah orang-orang sukses di dunia
——————————————-
Balasan Kejujuran dan Amanah
Setiap muslim diperintahkan untuk berlaku amanah dan memiliki akhlak yang baik serta sifat yang terpuji. Barang-siapa yang melakukan sifat-sifat tersebut, niscaya ia diberi balasan yang baik, di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa yang meninggalkan khianat dan menipu karena Allah dengan segenap kejujuran dan keikhlasan, niscaya Allah mengganti hal tersebut dengan kebaikan yang banyak Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada seorang laki-laki yang membeli tanah perkebunan dari orang lain. Tiba-tiba orang yang membeli tanah perkebunan tersebut menemukan sebuah guci yang di dalamnya terdapat emas. Maka ia berkata kepada penjualnya, ‘Ambillah emasmu dariku, sebab aku hanya membeli tanah perkebunan, tidak membeli emas!’ Orang yang memiliki tanah itu pun menjawab, ‘Aku menjual tanah itu berikut apa yang ada di dalamnya’. Lalu keduanya meminta keputusan hukum kepada orang lain. Orang itu berkata,’Apakah kalian berdua memiliki anak?’ Salah seorang dari mereka berkata, ‘Aku memiliki seorang anak laki-laki’. Yang lain berkata, ‘Aku memiliki seorang puteri’. Orang itu lalu berkata, ‘Nikahkanlah anak laki-laki(mu) dengan puteri(nya) dan nafkahkanlah kepada keduanya dari emas itu dan bersedekahlah kalian dari padanya!’.” (HR. Al-Bukhari dalam Akhbar Bani Israil, dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwasanya beliau menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani Israil lainnya agar memberinya hutang sebesar 1000 dinar. Lalu orang yang menghutanginya berkata, ‘Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutangmu ini)’. Ia menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!’ Orang itu berkata, ‘Datangkanlah seseorang yang menjamin(mu)!’ Ia menjawab, ‘Cukuplah Allah yang menjaminku!’ Orang yang akan menghutanginya pun lalu berkata, ‘Engkau benar!’ Maka uang itu diberikan kepadanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah ditentukan.
(Setelah lama) orang yang berhutang itu pun pergi berlayar untuk suatu keperluannya. Lalu ia mencari kapal yang bisa mengantarnya karena hutangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan dimasukkannya uang 1000 dinar di dalamnya berikut surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia menuju ke laut seraya berkata, ‘Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak 1000 dinar. Ia memintaku seorang penjamin, maka aku katakan cukuplah Allah sebagai penjamin, dan ia pun rela dengannya.
Ia juga meminta kepadaku saksi, maka aku katakan, cukuplah Allah sebagai saksi, dan ia pun rela dengannya. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah diberikannya kepadaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu, aku titipkan ia kepadaMu’. Lalu ia melemparnya ke laut sehingga terapung-apung, lalu ia pulang.
Adapun orang yang memberi hutang itu, maka ia mencari kapal yang datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat-lihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uangnya. Tetapi tiba-tiba ia menemukan kayu yang di dalamnya terdapat uang. Ia lalu mengambilnya sebagai kayu bakar untuk isterinya. Namun, ketika ia membelah kayu tersebut, ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Setelah itu, datanglah orang yang berhutang kepadanya. Ia membawa uang 1000 dinar seraya berkata, ‘Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu dengan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang!’.
Orang yang menghutanginya berkata, ‘Bukankah engkau telah mengirimkan uang itu dengan sesuatu?’ Ia menjawab, ‘Bukankah aku telah beritahukan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang?’ Orang yang menghutanginya mengabarkan, ‘Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang 1000 dinarmu kembali dengan beruntung!’
(HR. Al-Bukhari, 4/469, Kitabul Kafalah , dan Ahmad).
———————————————
kumpulan cerita sukses tokoh-tokoh dunia – kisah orang sukses – cerita orang-orang sukses – kisah orang-orang sukses di dunia
——————————————-
Tetap Selamat Walaupun Duakali Dilemparkan Dari Tempat Yang tinggi
Asy-Syarif Abul Hasan Muhammad bin Umar Al-Alawy bercerita: “Ketika aku diisolir oleh pihak pemerintah di benteng Khast di pinggiran kota Naisabur, Persia, pemilik benteng tersebut menemani aku dengan cerita-ceritanya. Suatu hari dia bercerita, bahwa benteng ini dulu dimiliki oleh seorang pria yang sebelumnya adalah penggembala, kemudian dia menjadi ketua sebuah kelompok perampok dan berhasil menguasai benteng ini. Dia menjadikan benteng ini sebagai markas.
Banyak pencuri yang bergabung dengannya. Dia bersama kelompoknya sering mengincar daerah-daerah pinggiran. Mereka keluar bersama-sama, membajak harta orang di jalan dan merampas barang milik orang-orang kampung. Mereka membuat kerusakan, ke-mudian kembali ke benteng ini. Tidak ada yang berani menangkap mereka sampai akhirnya datang Abul Fadl Ibnul ‘Amid yang berhasil mengepung mereka beberapa waktu hingga berhasil menaklukkan benteng ini dan menyerahkannya kepada pemerintah.
Saat di kepung oleh Abul Fadl, mereka tidak tinggal diam, mereka turun dan mengadakan perlawanan. Tetapi Abul Fadl -akhirnya- berhasil menguasai mereka dalam sebuah pertarungan yang terjadi antara Abul Fadl dan mereka yang berjumlah kurang lebih 50 orang. Abul Fadl ingin membunuh mereka dengan cara yang dapat membuat takut semua orang yang tinggal di benteng itu. Benteng itu terletak di sebuah gunung yang besar dan berhadapan dengan sebuah gunung lain tempat Abul Fadl singgah per-tama kali sebelum masuk ke dalamnya.
Abul Fadl membawa semua orang yang berhasil ditawan itu ke puncak gunung tempat benteng itu berada. Kemudi-an melemparkan mereka satu per satu. Di antara mereka yang dilempar itu ada yang tiba di tanah dalam keadaan terpotong-potong karena berbenturan keras dengan batu-batu gunung yang runcing. Tak satu pun dari mereka yang selamat. Tetapi anehnya, ada seorang anak muda yang baru tumbuh jenggot dan kumisnya-, ketika dilemparkan dari atas gunung dia tiba di tanah dalam keadaan selamat. Tidak cidera sedikit pun, sementara tali yang mengikatnya putus bercerai-berai. Anak muda ini terus bangun ingin menyelamatkan diri.
Abul Fadl beserta kawan-kawannya meneriakkan takbir dan tahlil kala melihat bagaimana anak muda itu bisa sela-mat. Semua yang tinggal di dalam benteng juga ikut bertahlil.
Abul Fadl jadi penasaran dan murka. Dia memerintahkan agar anak muda itu dibawa lagi ke hadapannya. Ditangkaplah anak muda itu kembali dan diikat tangannya, kemudian Abul Fadl memerintahkan untuk dilemparkan lagi. Akan tetapi orang-orang yang bersamanya meminta agar dia diampuni saja. Abul Fadl menolak permintaan itu, bahkan dia bersumpah agar anak muda itu dilemparkan lagi. Mereka pun diam. Dilemparkanlah anak muda itu, ketika dia tiba di tanah, ternyata dia bangun, berjalan tanpa ada cidera. Saat itu, gema takbir dan tahlil lebih keras dari yang pertama.
Orang-orang yang hadir saat itu berkata, ‘Apa yang kau inginkan setelah ini?’ Kemudian mereka memohon agar dia diampuni, sampai-sampai ada di antara mereka yang menangis. Abul Fadl menjadi malu campur heran. Dia berkata, ‘Kalau begitu, bawalah dia ke mari dalam keadaan aman!’ Setelah anak muda itu berada di hadapannya, dia memerintahkan agar tali pengikatnya dilepas dan diberi hadiah baju. Abul Fadl berkata, ‘Ceritakanlah dengan jujur tentang rahasiamu bersama Allah sehingga kau bisa diselamatkan seperti ini!’
Anak muda itu menjawab, ‘Aku tidak tahu amal apa yang telah menjadikanku berhak mendapatkan ini. Hanya saja, dulu, saat aku masih muda sekali belum ada bulu yang tumbuh di wajahku aku pernah bersama guruku “Fulan” yang termasuk korban yang terbunuh hari ini. Pria itu sering membawaku keluar bersamanya. Kami meram-pok orang di jalan, membunuh, merampas harta orang, mencemari kehormatan wanita, memperkosa mereka dan mengambil semua apa yang kami dapati. Bila aku tidak menuruti perintahnya, maka dia akan menyiksaku atau mungkin sampai membunuhku.’ Abul Fadl bertanya, ‘Apakah kamu melalukan puasa dan shalat?’ Anak muda itu menjawab, ‘Aku tidak tahu apa yang namanya shalat. Aku tidak pernah puasa dan memang tidak ada satu pun di antara kami yang berpuasa.’
Abul Fadl kaget, ‘Hei, kalau begitu, amal apa yang kamu kerjakan hingga Allah bisa menyelamatkanmu? Apakah kamu dulu bersedekah?’ Anak muda itu menjawab, ‘Siapakah orang yang mau atau berani mendatangi kami hingga kami bisa bersedekah kepadanya?’
Abul Fadl kembali bertanya, ‘Coba pikirkan dan ingat-ingatlah sebuah amal yang kamu kerjakan ikhlas karena Allah, walaupun amal yang kecil.’
Sejenak pemuda itu berfikir, kemudian berkata, ‘O ya, dulu, guruku pernah menyerahkan kepadaku -dua tahun yang lalu-seorang pria yang dia tawan di sebuah jalan setelah semua barangnya dilucuti dan dibawanya ke dalam benteng ini. Guruku berkata kepadanya, ‘Kau boleh mene-bus dirimu dengan harta yang kau simpan di keluargamu. Kalau tidak, kau akan kubunuh.’ Tapi orang itu menjawab, ‘Aku tidak mempunyai apapun dari dunia ini selain apa yang telah kau ambil dariku.’
Berhari-hari orang tersebut disiksa, tetapi tetap tidak mau mengaku. Suatu saat, dia merasakan siksa yang dideritanya begitu kuat, akhirnya dia bersumpah demi Allah dan dengan sumpah-sumpah berat lainnya untuk meyakinkan bahwa dia tidak mempunyai apa-apa selain yang telah diambil oleh guruku, dan bahwa di keluarganya dia hanya meninggalkan harta yang cukup untuk kebutuhan sebulan saja sampai dia nanti kem-bali kepada mereka. Dia juga menjelaskan, bahwa kondisi-nya sekarang telah memungkinkan dia dan keluarganya untuk menerima zakat. Untuk selanjutnya si pria itu pasrah untuk mati. Setelah guruku yakin bahwa pria itu tidak ber-dusta, dia berkata kepadaku, ‘Keluarkan dia dan bawalah ke tempat itu, lalu sembelihlah dia di sana dan bawa kepala-nya padaku.’
Maka aku pun membawa pria itu turun dari benteng. Ketika dia melihatku menarik-narik tubuhnya, dia berta-nya, ‘Kemana kau membawaku? Apa yang kau inginkan?’ Lalu aku jelaskan kepadanya perintah guruku. Mendengar itu, dia menangis sambil memukul-mukul dirinya minta dikasihani. Dia memohon agar aku tidak melaksanakan perintah itu dengan menyebut-nyebut Asma’ Allah Subha-nahu wa Ta’ala. Dia mengatakan, bahwa dia mempunyai putri-putri yang masih kecil dan tidak ada yang memberikan nafkah pada mereka selain dia. Dia juga meminta agar aku takut kepada Allah, kemudian menjelaskan pahala bagi orang yang mengeluarkan seorang muslim dari musibah dunia ini… dan akhirnya dia memintaku melepaskannya.
Kemudian Allah menurunkan rahmat ke dalam hatiku. Lalu aku katakan padanya, ‘Bila aku tidak kembali kepadanya dengan membawa kepalamu, dia pasti akan membunuhku dan dia akan mengejar dan membunuhmu juga.’
Dia menjawab, ‘Lepaskanlah aku, dan kau jangan lang-sung kembali kepadanya. Berdiamlah dulu beberapa saat, sementara aku akan lari sehingga dia tidak akan bisa menyusulku. Dan kalaupun dia nanti berhasil menyusulku, kau telah terlepas dari darahku (tidak membunuhku) dan temanmu itu juga tidak akan membunuhmu serta tetap senang kepadamu. Di sini kau akan mendapatkan pahala, dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan balasan orang yang berbuat kebajikan.’
Saat itu, rasa kasihanku kepadanya bertambah besar, lalu aku bertanya kepadanya, ‘Ambilkan batu dan pukulkan ke kepalaku hingga berdarah. Setelah itu kau lari, semen-tara aku akan duduk di sini sampai aku perkirakan kau telah menempuh perjalan beberapa kilo meter. Setelah itu, baru aku akan kembali ke benteng.’
Dia menjawab, ‘Aku rasa tidak baik bila aku membalasmu untuk pembebasan ini dengan memukul kepalamu sampai berdarah.’ Aku berkata, ‘Tidak ada cara untuk menyelamatkan kita berdua kecuali begini.’
Akhirnya dia mau melakukan, setelah memukul kepala-ku dia lari dengan cepat. Sementara aku tak beranjak dari tempat dudukku. Setelah aku perkirakan dia telah berada di jarak beberapa kilo meter, aku kembali kepada guruku dengan kepala bersimbah darah.
Guruku bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu, mana kepala orang itu?!’ Aku jawab, ‘Kau telah menyerahkan syaitan kepadaku, bukan orang. Ketika sampai di tanah lapang, dia langsung memukulku dan berhasil merobohkan aku di tanah serta menghantamku dengan batu seperti yang kau lihat sendiri. Kemudian dia lari sementara aku pingsan. Aku tidak bisa beranjak dari tempatku sampai darahku kering dan kekuatanku pulih kembali, lalu aku datang kepadamu.’
Kemudian guruku mengutus orang-orangnya untuk mengejar, dan keesokan harinya tanpa ada hasil. Dan bila Allah memang akan menyelamatkanku dengan amal yang pernah aku perbuat, maka barangkali inilah amal itu.’
Setelah mendengar cerita itu, Abul Fadl menjadikan anak muda itu termasuk teman-teman dekatnya.
———————————————
kumpulan cerita sukses tokoh-tokoh dunia – kisah orang sukses – cerita orang-orang sukses – kisah orang-orang sukses di dunia
——————————————-
Perniagaan Yang Menguntungkan
Kita tahu bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang telah membela dan banyak berkorban demi agama Islam yang agung ini. Mereka adalah sebaik-baik penolong untuk agama ini. Mereka juga sebaik-baik pejuang di jalannya. Hal ini terjadi pada mereka, karena mereka menjadikan ajaran Islam sebagai sebuah realita dalam perilaku mereka dan sebagai sesuatu yang begitu terasa berada dalam hati mereka. Hingga hal itu menjadi tabiat mereka dengan seikhlas-ikhlasnya dan berani membela agama ini walaupun harus membayar dengan harga yang mahal.
Islam mengajak mereka untuk hijrah. Dengan cepat mereka menyambut seruan itu; meninggalkan Makkah walau hati mereka penuh kerinduan kepadanya dan jiwa mereka dihiasi dengan kecintaan padanya. Mereka lebih mengutamakan aqidah dibanding tempat-tempat main mereka saat masih kanak-kanak, tempat yang penuh dengan kenangan indah.
Islam mengajak mereka untuk berjihad. Ternyata me-reka adalah prajurit-prajurit tangguh yang tidak dihinggapi rasa takut. Mereka berhijrah karena Allah dan karena RasulNya, dan mereka berhasil memberikan tauladan baik yang monumental dan indah dalam pengorbanan dan keimanan mereka yang sejati. Simaklah kisah berikut ini.
Ketika Shuhaib pergi menyusul Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhijrah, ada beberapa orang Quraisy yang membuntutinya. Mereka berkata pada Shuhaib: “Dulu kau datang pada kami dalam keadaan tidak punya apa-apa, kemudian kau hidup bersama kami dan mendapat-kan harta yang banyak dan kau menjadi orang seperti sekarang ini. Tahu-tahu kau ingin keluar dengan membawa semua hartamu? Demi Allah, hal itu tidak akan pernah terjadi”.
Lalu Shuhaib turun dari tunggangannya, dikeluarkannya anak panah dari tempatnya, seraya berkata: “Wahai kaum Quraisy, kalian sudah tahu bahwa aku termasuk orang paling pandai memanah di antara kalian. Demi Allah, kalian tidak akan menyentuhku kecuali akan aku bidik dengan semua anak panahku, kemudian aku akan menebas dengan pedangku ini selama dia berada di tanganku. Ayo lakukan apa yang kalian inginkan!” Akan tetapi Shuhaib setelah itu berkata: “Bagaimana bila aku tinggalkan semua hartaku untuk kalian, apakah kalian akan membiarkan aku pergi?” Mereka menjawab: “Ya.” Maka Shuhaib meninggal-kan semua hartanya untuk mereka. Dan ketika sampai ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madi-nah, beliau bersabda: “Telah beruntung perniagaanmu hai Abu Yahya. Telah beruntung perniagaanmu hai Abu Yah-ya.” Dan turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan di antara manusia itu ada seseorang yang mengor-bankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.” (Al-Baqarah: 207).
———————————————
kumpulan cerita sukses tokoh-tokoh dunia – kisah orang sukses – cerita orang-orang sukses – kisah orang-orang sukses di dunia
——————————————-
Mendahulukan Kepentingan Orang Lain
Al-Waqidy bercerita:
“Suatu saat, saya berada dalam himpitan ekonomi yang begitu keras. Hingga tiba bulan Ramadhan, saya tidak mempunyai uang sedikit pun. Saya bingung, lalu aku menulis surat kepada teman saya yang seorang alawy (keturunan Ali bin Abi Thalib). Saya memintanya meminjami saya uang sebesar seribu dirham. Dia pun mengirimkan kepada saya uang sebesar itu dalam sebuah kantong yang tertutup. Kantong itu saya taruh di rumah … Malam harinya saya menerima sepucuk surat dari teman saya yang lain. Dia meminta saya meminjaminya uang sebesar seribu dirham untuk kebutuhan bulan puasa. Tanpa pikir panjang, saya kirim untuknya kantong uang yang tutupnya masih utuh.
Besok harinya, saya kedatangan teman yang meminjamiku uang, juga teman alawy yang saya berhutang pada-nya. Yang alawy ini menanyakan kepada saya perihal uang seribu dirham itu. Saya jawab, bahwa saya telah mengeluar-kannya untuk suatu kepentingan. Tiba-tiba dia mengeluarkan kantong itu sambil tertawa dan berkata, ‘Demi Allah, bulan Ramadhan sudah dekat, saya tidak punya apa-apa lagi kecuali 1000 dirham ini. Setelah kau menulis surat pada saya, saya kirim uang ini kepadamu. Sementara saya juga menulis surat pada teman kita yang satu ini untuk pinjam uang seribu dirham. Lalu dia mengirimkan kantong ini kepada saya. Maka saya bertanya, bagaimana ceritanya hingga bisa begini? Dia pun bercerita kepada saya. Dan sekarang ini, kami datang untuk membagi uang ini, buat kita bertiga. Semoga Allah akan memberikan kelapangan kepada kita semua.’”
Al-Waqidy berkata:
“Saya berkata pada kedua teman itu, ‘Saya tidak tahu siapa di antara kita yang lebih dermawan.’ Kemudian kami membagi uang itu bertiga. Bulan Ramadhan pun tiba dan saya telah membelanjakan sebagian besar hasil pembagian itu. Akhirnya perasaan gundah datang lagi, saya berfikir, aduhai bagaimana ini?
Tiba-tiba datanglah utusan Yahya bin Khalid Al-Barma-ky di pagi hari, meminta saya untuk menemuinya. Ketika saya menghadap pada Yahya Al-Barmaki, dia berkata, ‘Ya Waqidy! Tadi malam aku bermimpi melihatmu. Kondisimu saat itu sangat memprihatinkan. Coba jelaskan ada apa denganmu?’
Maka saya menjelaskannya sampai pada kisah tentang teman saya yang alawy , teman saya yang satunya lagi dan uang 1000 dirham. Lalu dia berkomentar, ‘Aku tidak tahu siapa di antara kalian yang lebih dermawan.’ Selanjutnya, dia memerintahkan agar saya diberi uang tiga puluh ribu dirham dan dua puluh ribu dirham untuk dua teman saya. Dan dia meminta saya untuk menjadi Qadhi.
(annasrei.blogspot.com)

0 komentar:

Posting Komentar