Rabu, 21 April 2010

cerita sedih | tragis,kisah sedih anakku.

Hari ini,ada siswi yang curhat kepadaku. Aku didatangi olehnya saat aku sedang sibuk ngoreksi latihan Bahasa Indonesia. Dia mendekatiku dan pada saat itu aku bersikap biasa saja. Tak lama dia duduk di dekatku dan semua temannya pergi menjauhi kami, dia akhirnya mulai bicara. Dia mulai bercerita tentang kesedihannya. Dia menangis. Aku menjadi sedih. Aku bertanya di dalam hati apa yang membuat dia bertambah sedih. Akhirnya dia menyampaikan bahwa dia mempunyai masalah dalam keluarganya. Keluarganya, terutama dengan Ayah dan Bundanya. Dia terus menangis dan sesekali dia menutup matanya di balik lipatan tangannya di atas kursi
.

Dia bercerita bahwa Ayah dan Bundanya suka bertengkar. Pertengkaran antara Ayah dan Bundanya ternyata berdampak, Ayahnya suka mengatakan kata ‘cerai’. Dia mendengarnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa pergi menjauhi pendengarannya, dia lalu masuk kamar, dan menangis di dalam kamar sepuas hatinya. Dia merusaha mencegah air matanya untuk keluar. Aku melihatnya, sekali-kali dia menghapus air matanya. Beberapa temannya mendekati dia, ada juga seorang anak laki-laki yang mendekatinya dan bertanya denganku mengapa dia sampai menangis. Aku hanya dia dan aku tidak akan mengatakan apa pun tentang masalah dia kepada temannya, termasuk teman dekatnya.

Dia bercerita bahwa dia juga sering dipukul oleh Ayahnya. Bundanya yang mencoba menasihati sang Ayanh malah ikut dimarahi. Parahnya, adiknya yang masih kecil dimarahi oleh Ayahnya sehingga sangkin marahnya, si Ayah menyeretnya sampai ke kamar mandi. Masalahnya, karena si adik tidak/ belum mengerti kapan dia meminta pertolongan kepada Ayahnya. Kejadian itu berawal ketika Ayahnya pulang dari kerja dan si Adik menagih janji Ayahnya. Karena ayahnya baru pulang dari kerja dan mungkin capek atau di tempat kerjanya lagi banyak masalah, ketika ditanya si Ayah langsung marah dan adiknya langsung dipukul.

Tidak sekali atau dua kali dia dipukul oleh ayahnya. Berkali-kali dia menerima pukulan dari ayahnya. Hari inilah dia baru bisa melampiaskan emosinya. Dia mengaggap tidak ada lagi tempat untuk bercerita. Dia termasuk dekat dengan ayahnya dibandingkan dengan Bundanya. Dia ingin menyelesaikan masalah keluarganya, tapi dia bingung harus dengan siapa dia bicarakan. Nenek-kakek dari Ayah dan Bundanya tidak ada di dekatnya, jauh di daerah lain. Bunda dan Ayahnya mewanti-wanti agar permasalahan keluarganya jangan sampai diberitahukan kepada kakek-neneknya sehingga dia hanya bisa diam.

Sikapnya di sekolah berbeda sekali dengan di rumah. Dia agak periang. Kadang aku melihat dia ingin disayang dan diperhatikan. Dia buat suaranya seperti suara anak-anak kelas I atau II SD, tapi itu tampang luarnya saja. Kadang, aku juga melihatnya suka merenung, mungkin renungannya berkisar tentang masalah keluarganya.

Cuplikan kisah nyata di atas dari kisah anakku, sangat tragis bukan ? Dia masih SD dan dia sudah mengalami permasalahan yang sangat rumit sehingga menjadikan permasalahan itu sebagai suatu yang harus dipecahkan atau dicari solusinya. Dia tidak punya teman curhat, curhat dengan teman dekatnya bukan menjadi solusi. Dia harus mencari seseorang yang bisa mengatasi permasalahannya. Setelah dia bercerita dan menangis di hadapanku, dia merasa sedikit lega walaupun hal itu tidak membantu.
sumber:annasrei.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar